MAAF TELAH MENCURI BUKUMU

Kamis, 02 Januari 2014
Kepada Yth.
Ibu Kepala Perpustakaan
Universitas Hasanuddin

Ini bulan ramadhan. Mungkin ini adalah kesempatan yang tepat mengakui dosa dan kesalahanku padamu 30 tahun lebih yang lalu. Aku adalah tamumu yang paling setia mendatangi rumah yang kau jaga, yaitu perpustakaan kampus. Begitu seringnya aku berkunjung hingga kau menghafal tidak hanya nama dan julukanku, tetapi juga kau mengafal gayaku berjalan keluar masuk perpustakaan. Bagimu, aku adalah pengunjung terbaik yang selalu masuk dengan salam hangat, membaca dengan tenang di kursi dan meja yang kau sediakan, dan kemudian pulang dengan ucapan terimakasih yang kau sembut dengan senyum.

Sikap ramah dan senyummu membuat aku tidak pernah merasa bersalah di rumahmu. Padahal akulah yang paling banyak membuat ulah sehingga reputasimu sebagai petugas perpustakaan sedikit ternoda karena begitu banyak buku-buku perpustakaan yang hilang dari rak-rak yang setiap sore engkau rapikan kembali. Kau memang tidak mampu mendeteksi wajah para pencuri buku, karena aku salah satunya tidak berwajah pencuri. Sungguh aku tidak pernah berniat mencuri buku-buku di perpustakaan apalagi sampai harus mencoreng reputasimu. Aku sudah lupa judul buku-buku apa saja yang telah aku ambil di rak bukumu dan menyelipkannya di kaos kaki lalu melenggang keluar tanpa rasa bersalah. Tapi ada dua buku yang aku ingat betul, yaitu desertasi Prof. Dr. Mattulada berjudul, "Latoa" dan buku tidak kalah tebalnya yaitu Das Capital. Karena buku itu tebal dan tidak mungkin aku membawanya keluar, maka buku-buku tersebut aku sobek. Setiap buku aku gilir hingga lima kali dan setelah rampung aku jilid kembali.

Ibu Perpustakaan yang Cantik..!
Maaf telah melupakan namamu. Tapi kalau suatu saat bertemu aku pasti masih mengingat kecantikanmu dan gigi gilsulmu di bagian kiri. Gigi itu membuat kau selalu terlihat cantik dan menarik setiap berbicara. Sejujurnya aku rindu sekali bertemu denganmu untuk menceriterakan bahwa aku tidak pernah berniat mencuri. Aku terpaksa melakukan itu karena buku-buku yang aku curi itu tidak kutemukan di toko buku, sedangkan buku-bukumu banyak yang menarik untuk dibaca. kalau kau ingin persalahkan aku, maka salahkanlah minat bacaku yang demikian menggila.

Ingatkah ibu ketika Kepala Perpustakaan Besar di Belanda berkunjung ke perpustakaanmu yang ketika itu diantar  sendiri oleh rektor. Rektor mengeluhkan buku-buku yang masih dianggapnya  kurang karena banyak mahasiswa yang mencuri buku, dan atau meminjam buku tanpa mengembalikan. Tapi Kepala Perpustakaan itu malah mengatakan, "Kalau mahasiswa mencuri buku, itu hal yang baik karena itu mengindikatorkan minat baca mahasiswa cukup tinggi sementara kemampuan pemerintah belum mampu menyediakan buku dengan harga yang terjangkau.

Ibu Perpustakaan yang cantik..!
Aku sengaja menulis surat ini agar generasi penerusmu yang mengurusi dan menjaga perpustakaan kampus dapat membenahi sistim pengawasan perpustakaan. Jangan biarkan mahasiswa masuk perpustakaan dengan membawa tas atau barang-barang lain di luar keperluan membaca. Dan yang paling utama tempatkan petugas di front door untuk mengawasi keluar masuknya mahasiswa.

Jakarta, 6 Agustus 2012


Hormat Saya,
Bung Komar

1 komentar:

  1. Unknown mengatakan...:

    Astsga Zul, biasanya buku utuh yg dibawa.ha..ha..ha..ruar biasa.

Posting Komentar