ISAK TANGIS IBU PERTIWI

Minggu, 12 Januari 2014

Kulihat Ibu Pertwi, Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang, Emas intanmu terkenang.
Hutan gunung sawah lautan, simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa.


Lagu kebangsaan itu sering kunyanyikan ketika masih sekolah dulu. Aku tidak memahami maknanya, tetapi alunan nadanya sangat menyentuh hati. Kini ketika dewasa dan mulai bersentuhan dengan situasi bangsa dan negara yang kucintai ini, tampaklah bahwa kesusahan Ibu pertiwi bukan sekedar alunan lagu, melainkan sungguh kesusahan yang membuat lara, merintih hingga berlinang airmata. Tetapi Ibu Pertiwi adalah ibu sejati yang tetap mendoakan anak-anaknya. Aku mulai bertanya, apa yang menyusahkanmu Ibu Pertiwi ? Bukankah kekayaanmu begitu berlimpah dengan hutan, gunung, sawah dan lautan yang menyimpan kekayaan yang tak terhingga. Adakah karena usiamu semakin menua ? Atau khawatir tanah pusakamu tidak terolah dengan baik oleh anak-anakmu ? Atau mungkin anak-anakmu mulai bertingkah nakal dan tidak menuruti nasehat-nasehatmu ? kalau bukan karena demikian, mengapa engkau bersusah hati hingga menangis terisak-isak ?

Dalam perenunganku yang dalam kutemukan jawaban ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 28 Januari 2013 menandatangani Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri. Rupanya isak tangis Ibu Pertiwi sampai juga menembus dinding Istana dan menggema di telinga Presiden. Ibu Pertiwi selama ini ternyata sangat tidak bahagia dengan segala kekayaannya. Hatinya teriris dan sangat kecewa melihat anak-anaknya rusuh dimana-mana. Di Aceh, Ambon, Poso, Papua, lampung dan di berbagai tempat lain mereka saling membunuh tanpa menghiraukan jerit histeria Ibu Pertiwi. Ibu Pertiwi sungguh sedih menyaksikan kehidupan keluarga besarnya penuh pertentangan dan perbedaan pendapat, saling menyerang dan saling menyalahkan. Bahkan hanya untuk urusan pemilukada yang telah jelas aturan mainnya, dan jelas hasilnya saja mereka masih bertentangan hingga melibatkan banyak orang pengikutnya.

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 ditujukan kepada Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Mendagri Gamawan Fauzi, Jaksa Agung Basrif Arief, Kapolri, Panglima TNI, Kepala BIN, Kepala BNPT, para Gubernur, para Bupati dan walikota. Siapapun yang menerima instruksi ini seakan mendengar isak tangis Ibu Pertiwi yang memaksa para pejabat tersebut terlibat secara sungguh-sungguh mendamaikan dan merukunkan kembali keluarga besar Ibu Pertiwi.

Menko Polhukam sebagai Ketua Tim Terpadu Tingkat Pusat segera menyusun rencana aksi terpadu nasional sekaligus meyakinkan beberapa pihak yang menentang Inpres ini bahwa anak bangsa ini tak boleh lagi membiarkan isak tangis Ibu Pertiwi berlarut-larut. Memang tidak tertutup kemungkinan ada orang atau kelompok  yang sengaja ingin membuat Ibu Pertiwi terus berderai air mata. Siapapun dia dan dari kelompok manapun wajib kita sadarkan. Apapun tantangan publik, keluarga besar Ibu Pertiwi harus disatukan kembali. Untuk itu selain Menko Polhukam, kepada Gubernur, Bupati dan Walikota juga diminta untuk membentuk Tim Terpadu Tingkat Daerah. Ini dilakukan agar benturan-benturan sosial yang terjadi di daerah dapat segera diredam sedini mungkin sebelum bereskalasi menjadi persoalan nasional.

Dalam Rapat Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013 ditemukan fakta bahwa 70 persen penyebab gangguan keamanan dipicu oleh sengketa lahan/tanah. Ini rupanya yang membuat Ibu Pertiwi terisak-isak melihat anak-anak bangsanya saling tikai memperebutkan lahan tanpa memperdulikan akibat-akibat ikutannya. Rapat Evaluasi juga menemukan masih ada saja provinsi yang tidak memperdulikan tangisan Ibu Pertiwi

”Kini Ibu sedang lara, Merintih dan berdoa”

Wahai Ibu Pertiwi yang kami cintai ! Kini anak-anakmu, atas amanatmu telah berusaha sekuat tenaga dan mencurahkan segala pemikiran untuk mengobati duka laramu. Sebentar lagi Ibu akan melihat senyum lepas anak-anak negeri membangun tanah pusakamu, hingga emas dan intan yang menjadi kenanganmu kembali tergenggam di tangan terampil dan cekatan anak-anakmu.

Wahai Ibu Pertiwi yang kami banggakan ! Doa-doa yang kau panjatkan dalam rintihan isak tangismu sedikit demi sedikit mulai diijabah oleh Allah. Alhamdulillah pada tahun 2013 ini hampir tak ada lagi konflik-konflik sosial antar anak bangsa yang menelan korban sia-sia. Kerukunan hidup anak-anakmu mulai terajut kembali sebagaimana cita-cita yang kau titipkan pada kami. (Telah dimuat di Majalah Nusa Khatulistiwa).

Jakarta, Januari 2014

0 komentar:

Posting Komentar