Kulihat Ibu Pertwi, Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang, Emas intanmu terkenang.
Hutan gunung sawah lautan, simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa.
Lagu kebangsaan itu sering kunyanyikan ketika masih sekolah dulu. Aku tidak
memahami maknanya, tetapi alunan nadanya sangat menyentuh hati. Kini ketika
dewasa dan mulai bersentuhan dengan situasi bangsa dan negara yang kucintai
ini, tampaklah bahwa kesusahan Ibu pertiwi bukan sekedar alunan lagu, melainkan
sungguh kesusahan yang membuat lara, merintih hingga berlinang airmata. Tetapi
Ibu Pertiwi adalah ibu sejati yang tetap mendoakan anak-anaknya. Aku mulai
bertanya, apa yang menyusahkanmu Ibu Pertiwi ? Bukankah kekayaanmu begitu berlimpah
dengan hutan, gunung, sawah dan lautan yang menyimpan kekayaan yang tak
terhingga. Adakah karena usiamu semakin menua ? Atau khawatir tanah pusakamu
tidak terolah dengan baik oleh anak-anakmu ? Atau mungkin anak-anakmu mulai
bertingkah nakal dan tidak menuruti nasehat-nasehatmu ? kalau bukan karena
demikian, mengapa engkau bersusah hati hingga menangis terisak-isak ?
Dalam perenunganku yang dalam kutemukan jawaban ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 28 Januari 2013 menandatangani Instruksi
Presiden No. 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri.
Rupanya isak tangis Ibu Pertiwi sampai juga menembus dinding Istana dan
menggema di telinga Presiden. Ibu Pertiwi selama ini ternyata sangat tidak
bahagia dengan segala kekayaannya. Hatinya teriris dan sangat kecewa melihat
anak-anaknya rusuh dimana-mana. Di Aceh, Ambon, Poso, Papua, lampung dan di
berbagai tempat lain mereka saling membunuh tanpa menghiraukan jerit histeria
Ibu Pertiwi. Ibu Pertiwi sungguh sedih menyaksikan kehidupan keluarga besarnya
penuh pertentangan dan perbedaan pendapat, saling menyerang dan saling
menyalahkan. Bahkan hanya untuk urusan pemilukada yang telah jelas aturan
mainnya, dan jelas hasilnya saja mereka masih bertentangan hingga melibatkan
banyak orang pengikutnya.
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013 ditujukan kepada Menko Polhukam Djoko
Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Kesra Agung Laksono, Mendagri
Gamawan Fauzi, Jaksa Agung Basrif Arief, Kapolri, Panglima TNI, Kepala BIN, Kepala
BNPT, para Gubernur, para Bupati dan walikota. Siapapun yang menerima instruksi
ini seakan mendengar isak tangis Ibu Pertiwi yang memaksa para pejabat tersebut
terlibat secara sungguh-sungguh mendamaikan dan merukunkan kembali keluarga
besar Ibu Pertiwi.
Menko Polhukam sebagai Ketua Tim Terpadu Tingkat Pusat segera menyusun
rencana aksi terpadu nasional sekaligus meyakinkan beberapa pihak yang menentang
Inpres ini bahwa anak bangsa ini tak boleh lagi membiarkan isak tangis Ibu
Pertiwi berlarut-larut. Memang tidak tertutup kemungkinan ada orang atau
kelompok yang sengaja ingin membuat Ibu
Pertiwi terus berderai air mata. Siapapun dia dan dari kelompok manapun wajib
kita sadarkan. Apapun tantangan publik, keluarga besar Ibu Pertiwi harus
disatukan kembali. Untuk itu selain Menko Polhukam, kepada Gubernur, Bupati dan
Walikota juga diminta untuk membentuk Tim Terpadu Tingkat Daerah. Ini dilakukan
agar benturan-benturan sosial yang terjadi di daerah dapat segera diredam
sedini mungkin sebelum bereskalasi menjadi persoalan nasional.
Dalam Rapat Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Penanganan Gangguan Keamanan
Dalam Negeri Tahun 2013 ditemukan fakta bahwa 70 persen penyebab gangguan
keamanan dipicu oleh sengketa lahan/tanah. Ini rupanya yang membuat Ibu Pertiwi
terisak-isak melihat anak-anak bangsanya saling tikai memperebutkan lahan tanpa
memperdulikan akibat-akibat ikutannya. Rapat Evaluasi juga menemukan masih ada
saja provinsi yang tidak memperdulikan tangisan Ibu Pertiwi
”Kini Ibu sedang lara, Merintih dan berdoa”
Wahai Ibu Pertiwi yang kami cintai ! Kini anak-anakmu, atas amanatmu telah
berusaha sekuat tenaga dan mencurahkan segala pemikiran untuk mengobati duka
laramu. Sebentar lagi Ibu akan melihat senyum lepas anak-anak negeri membangun
tanah pusakamu, hingga emas dan intan yang menjadi kenanganmu kembali
tergenggam di tangan terampil dan cekatan anak-anakmu.
Wahai Ibu Pertiwi yang kami banggakan ! Doa-doa yang kau panjatkan dalam
rintihan isak tangismu sedikit demi sedikit mulai diijabah oleh Allah. Alhamdulillah
pada tahun 2013 ini hampir tak ada lagi konflik-konflik sosial antar anak
bangsa yang menelan korban sia-sia. Kerukunan hidup anak-anakmu mulai terajut
kembali sebagaimana cita-cita yang kau titipkan pada kami. (Telah dimuat di
Majalah Nusa Khatulistiwa).
Jakarta, Januari 2014
0 komentar:
Posting Komentar