BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
ASALAMU ALAIKUM WR. WB.
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan nikmat iman, nikmat kesehatan, dan berbagai nikmat
duniawi lainnya agar kita memiliki kesempatan dan peluang untuk bermunajab
secara khusu kepada-Nya. Dengan waktu dan peluang itu pula, Alhamdulillah keluarga
dan handaitaulan dari berbagai tempat, jauh dan dekat telah meluangkan waktunya
yang demikian berharga untuk merapat dan bersilaturrahmi di tempat ini. Untuk
itu semua kami atas nama keluarga besar, dari lubuk hati yang terdalam
mengucapkan, “selamat datang dan terimakasih”.
Bapak, Ibu dan Para
undangan yang terhormat,
Perkenalkan, nama saya adalah Zulkomar, adik
sepupu dari Ulpia, berarti kemenakan dari ibunda Siti Rahma Makka. Masih banyak
anggota keluarga yang sebenarnya lebih patut berdiri di tempat ini dan
berbicara mewakili keluarga sahibul hajat. Hanya saja, mungkin karena kebetulan
mempelai wanita, adik Ulpia bekerja dan bertempat tinggal di Jakarta dan secara
tidak langsung berada dibawah bimbingan kami sekeluarga, maka ibunda Siti
Rahmah Makka mengamanatkan semua hal yang menyangkut adik Ulpia kepada kami
sekeluarga. Oleh karena itu dengan perasaan sunkan kepada keluarga yang lain,
kami menerima amanah ini, untuk menyampaikan sepata dua kata mewakili mempelai.
Bapak, Ibu dan para undangan yang terhormat,
Saya merasa perlu menjelaskan sedikit hal tentang
pertemuan kedua mempelai. Seperti kita ketahui bahwa mempelai pria, junaid
adalah kemenakan dari Pamanda H. Abdul Rauf Tasrab yang telah dianggapnya
sebagai anak kandungnya sendiri, karena ia telah bertempat tinggal bersama
dalam jangka waktu yang lama, sampai Junaid menemukan pekerjaan sebagai
penopang hidupnya.
Pada suatu malam, hari dan tanggalnya tidak lagi
melekat dalam memori saya, kemungkinan akhir oktober atau awal Nopember tahun
2006. Seorang lelaki tampan, seperti yang terlihat di pelaminan datang menemui
saya. Ia menyatakan perasaannya terhadap Ulpia dan berniat mempersuntingnya.
Saya tidak tahu siapa yang merekomendasikan ia untuk datang menemui saya.
Setelah mendengar niatnya, membaca gerak bibirnya, dan kesungguhan raut
wajahnya, saya hanya menyampaikan tiga hal kepadanya. Pertama, silahkan kenali
Ulpia dan pikirkan kembali niatmu. Kedua, lakukan sholat istiharah dan Ketiga, temui
saya jika keputusanmu sudah bulat dan mantap.
Saya tidak tahu apakah ia melakukan ketiga hal
yang saya minta. Tetapi sebelum berangkat berlayar, ia menyampaikan kembali
niatnya kepada saya. Saya tegaskan, tidak satu katapun saya tambahkan dan tidak
satu katapun saya pangkas. Ia katakan begini, “BAPAKNYA ALFI ! SAYA JUNAID.
SAYA SUDAH MENGAMBIL KEPUTUSAN DENGAN NIAT YANG MANTAP DAN IKHLAS MEMILIH ULPIA
UNTUK TUJUAN YANG MULIA SEBAGAI PENDAMPING HIDUP SAYA. MARI KITA BERDOA BERSAMA
SEMOGA ALLAH RIDHO ATAS TUJUAN YANG MULIA SAYA INI. AMIN.”
Bagi saya, kesungguhan niat itu sudah merupakan
modal awal untuk mengkomunikasikan dengan keluarga. Tetapi saya tidak serta
merta menyetujui ataupun menolaknya. Saya biarkan waktu berlalu beberapa bulan hingga
saya betul-betul mantap mempercayai niatnya. Selanjutnya, saya sampaikan kepada
adik Ulpiah, dan Ulpiah menyerahkan semua keputusannya kepada saya,
“saya akan terima apapun yang ayah putuskan
(Ulpiah biasa menyebut saya dengan sebutan, Ayah). Ayah lebih mengerti apa yang
terbaik buat Upi.”
Saya menangkap itulah jawaban santun seorang gadis
bahwa ia menerima niat baik seorang laki-laki yang datang pada keluarganya.
Selanjutnya proses berjalan terus, lancar dan
smooth hingga kita semua berkumpul di tempat ini, menyaksikan kebahagian kedua
mempelai yang diapit oleh orang-orang terkasih. Kita semua hadir disini untuk
memberikan restu dan doa agar kedua mempelai dapat melayari bahtera rumah
tangganya agar sakinah dan mawaddah hingga roh meninggalkan jasad.
Bapak, Ibu, dan para undangan yang terhormat,
Mengapa setelah ijab Kabul yang resmi dan sah pada prosesi akad
nikah, acara masih kita lanjutkan dengan resepsi yang meriah ini. Ini tidak
lain agar semua keluarga dan handai taulan ikut menyaksikan bahwa kedua insan
di pelaminan tersebut adalah sepasang suami istri yang sah dan diridhohi Allah.
Sehingga esok atau lusa jika ada yang menyaksikan mereka berdua berjalan
berakrab-akrab, tidak akan menimbulkan fitnah atau pergunjingan. Dengan
mengetahui bahwa mereka berdua telah menjadi suami istri, maka keluarga dan
handai taulan juga merasa berkewajiban mengawasi, memperingatkan, menegur dan
menasehati jika diantara mereka ada tanda-tanda akan menghianati sumpah dan
janji akad nikah yang telah mereka ikrarkan dengan nama Allah dihadapan semua
keluarga.
Demikianlah penyampaian saya, lebih dan kurangnya
mohon dimaafkan.
Wabillahit Taufik Wal Hidayat
Wassalamu Alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuhu
0 komentar:
Posting Komentar