SAMBUTAN RESEPSI PERNIKAHAN

Rabu, 19 Maret 2014


BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM

ASALAMU ALAIKUM WR. WB.



Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, nikmat kesehatan, dan berbagai nikmat duniawi lainnya agar kita memiliki kesempatan dan peluang untuk bermunajab secara khusu kepada-Nya. Dengan waktu dan peluang itu pula, Alhamdulillah keluarga dan handaitaulan dari berbagai tempat, jauh dan dekat telah meluangkan waktunya yang demikian berharga untuk merapat dan bersilaturrahmi di tempat ini. Untuk itu semua kami atas nama keluarga besar, dari lubuk hati yang terdalam mengucapkan, “selamat datang dan terimakasih”.



Bapak, Ibu dan Para undangan yang terhormat,

Perkenalkan, nama saya adalah Zulkomar, adik sepupu dari Ulpia, berarti kemenakan dari ibunda Siti Rahma Makka. Masih banyak anggota keluarga yang sebenarnya lebih patut berdiri di tempat ini dan berbicara mewakili keluarga sahibul hajat. Hanya saja, mungkin karena kebetulan mempelai wanita, adik Ulpia bekerja dan bertempat tinggal di Jakarta dan secara tidak langsung berada dibawah bimbingan kami sekeluarga, maka ibunda Siti Rahmah Makka mengamanatkan semua hal yang menyangkut adik Ulpia kepada kami sekeluarga. Oleh karena itu dengan perasaan sunkan kepada keluarga yang lain, kami menerima amanah ini, untuk menyampaikan sepata dua kata mewakili mempelai.



Bapak, Ibu dan para undangan yang terhormat,

Saya merasa perlu menjelaskan sedikit hal tentang pertemuan kedua mempelai. Seperti kita ketahui bahwa mempelai pria, junaid adalah kemenakan dari Pamanda H. Abdul Rauf Tasrab yang telah dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri, karena ia telah bertempat tinggal bersama dalam jangka waktu yang lama, sampai Junaid menemukan pekerjaan sebagai penopang hidupnya.



Pada suatu malam, hari dan tanggalnya tidak lagi melekat dalam memori saya, kemungkinan akhir oktober atau awal Nopember tahun 2006. Seorang lelaki tampan, seperti yang terlihat di pelaminan datang menemui saya. Ia menyatakan perasaannya terhadap Ulpia dan berniat mempersuntingnya. Saya tidak tahu siapa yang merekomendasikan ia untuk datang menemui saya. Setelah mendengar niatnya, membaca gerak bibirnya, dan kesungguhan raut wajahnya, saya hanya menyampaikan tiga hal kepadanya. Pertama, silahkan kenali Ulpia dan pikirkan kembali niatmu. Kedua, lakukan sholat istiharah dan Ketiga, temui saya jika keputusanmu sudah bulat dan mantap.



Saya tidak tahu apakah ia melakukan ketiga hal yang saya minta. Tetapi sebelum berangkat berlayar, ia menyampaikan kembali niatnya kepada saya. Saya tegaskan, tidak satu katapun saya tambahkan dan tidak satu katapun saya pangkas. Ia katakan begini, “BAPAKNYA ALFI ! SAYA JUNAID. SAYA SUDAH MENGAMBIL KEPUTUSAN DENGAN NIAT YANG MANTAP DAN IKHLAS MEMILIH ULPIA UNTUK TUJUAN YANG MULIA SEBAGAI PENDAMPING HIDUP SAYA. MARI KITA BERDOA BERSAMA SEMOGA ALLAH RIDHO ATAS TUJUAN YANG MULIA SAYA INI. AMIN.”



Bagi saya, kesungguhan niat itu sudah merupakan modal awal untuk mengkomunikasikan dengan keluarga. Tetapi saya tidak serta merta menyetujui ataupun menolaknya. Saya biarkan waktu berlalu beberapa bulan hingga saya betul-betul mantap mempercayai niatnya. Selanjutnya, saya sampaikan kepada adik Ulpiah, dan Ulpiah menyerahkan semua keputusannya kepada saya,



“saya akan terima apapun yang ayah putuskan (Ulpiah biasa menyebut saya dengan sebutan, Ayah). Ayah lebih mengerti apa yang terbaik buat Upi.”



Saya menangkap itulah jawaban santun seorang gadis bahwa ia menerima niat baik seorang laki-laki yang datang pada keluarganya.



Selanjutnya proses berjalan terus, lancar dan smooth hingga kita semua berkumpul di tempat ini, menyaksikan kebahagian kedua mempelai yang diapit oleh orang-orang terkasih. Kita semua hadir disini untuk memberikan restu dan doa agar kedua mempelai dapat melayari bahtera rumah tangganya agar sakinah dan mawaddah hingga roh meninggalkan jasad.



Bapak, Ibu, dan para undangan yang terhormat,

Mengapa setelah ijab Kabul yang resmi dan sah pada prosesi akad nikah, acara masih kita lanjutkan dengan resepsi yang meriah ini. Ini tidak lain agar semua keluarga dan handai taulan ikut menyaksikan bahwa kedua insan di pelaminan tersebut adalah sepasang suami istri yang sah dan diridhohi Allah. Sehingga esok atau lusa jika ada yang menyaksikan mereka berdua berjalan berakrab-akrab, tidak akan menimbulkan fitnah atau pergunjingan. Dengan mengetahui bahwa mereka berdua telah menjadi suami istri, maka keluarga dan handai taulan juga merasa berkewajiban mengawasi, memperingatkan, menegur dan menasehati jika diantara mereka ada tanda-tanda akan menghianati sumpah dan janji akad nikah yang telah mereka ikrarkan dengan nama Allah dihadapan semua keluarga.



Demikianlah penyampaian saya, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.

Wabillahit Taufik Wal Hidayat
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

0 komentar:

Posting Komentar