SUMA MENANGIH TUHAN (7)

Minggu, 04 Juni 2017


KHUSNUL KHATIMAH

            Dokter Hendra dan istrinya merasa lega dan sangat bahagia telah melaksanakan ibadah haji tanpa tertinggal satu rukun pun. Malam itu mereka bercengkeramah, tertawa lepas menumbuhkan segala ceritera dari perjalanan hidup rumah tangga mereka yang telah berjalan 7 tahun.

            Setelah sholat sunat 2 rakaat, dr. Hendra mengangkat kedua tangannya memohon kepada Allah. “Ya Allah. Engaulah sumber dari segala sumber. Engkaulah tempat untuk menumpahkan segala harapan. Ya, Allah. Maafkanlah keterlabatanku dalam mengenal kebesaran-Mu. Kini aku telah kembali ke jalan-Mu. Aku telah berusaha menjalankan segala apa yang kau perintahkan. Ya Allah, berilah aku keturunan lewat Rahim istriku.” Sampai di sini ia tidak dapat melanjutkan doanya. Ia mengusap wajahnya terasa ada cairan bening menetes dari matanya.

            Malam itu ia mendekati istrinya dengan segenap perasaan cinta. Mereka seakan baru saja melangsung perkawinan. Paginya mereka terbangun sebagai manusia baru dengan perasaan optimis menatap hari-hari esok.

            Setelah melakukan Thawaf Wada, yaitu sebagai ucapan selamat tinggal kepada Ka’bah Baitullah Al Haram, rombongan berangkat menuju Madinah. Perjalanan panjang di tengah pada pasir mereka lalui dengan sebuah bus yang berjalan kencang di atas jalan bebas hambatan. Rombongan berangkat pagi dan tiba di Madinah pada malam hari. Dokter Hendra dan istrinya mendapat tempat menginap yang dekat dengan Masjid Nabawi. Dengan demikian ia dapat lebih cepaty sampai ke masjid untuk melakukan sholat.


            Setiap jamaah akan berusaha tinggal sekurang-kurangnya 8 hari agar dapat berjamaah 40 kali di Masjid Madfinah. Namun dr. Hendra pernah jatuh sakit sehari sehingga ia luput melaksanakan sholat jamaah. Untuk mencukupi 40 sholat jamaah ia membiarkan istrinya berangkat lebih dahulu bersama rombongan, dan ia sendiri akan menyusul keesokan harinya dan bertemu kembali di Jeddah, untuk selanjutnya pulang ke tanah air.

            Nyonya Hendra tengah mengemaskan barang-barangnya, tiba-tiba ia dijumpai oleh panitia haji dan diminta bersiap-siap berangkat ke rumah sakit. Dokter Hendra mendapat kecelakaan. Bus yang ditumpanginya terbalik dan terbakar.

            Setibanya di rumah sakit, Nyonya Hendra langsung menghambur dfan memeluk badan suaminya yang telah menghitam, ia meraung-raung memegang kedua lengan suaminya. Dokter Hendra membiarkan istrinya menumpahkan kesedihannya. Setelah sedikit reda ia berkata lemah. “Mama, aku puas sekali menjalani hidup ini. Terimakasih untuk semua yang telah nkau abdikan padaku. Di rahimmu telah ada janin penggantiku. Peliharalah ia baik-baik, jadikan ia manusia yang betrguna bagi Agama, bangsa dan negaranya.” Dokter Hendra terus memegang perut istrinya. Sementara istrinya diam terpaku menahan kesedihan.

            Setelah mengucapkan kata-kata itu dr. Hendra terkulai, ia telah berpulang untuk selamanya. Di tengah tangisnya, Nyonya Hendra merasa bahagia karena suaminya meninggal dengan khusnul khatimah di tempat yang setiap orang mengharapkannya.

Bersambung .....

0 komentar:

Posting Komentar