SUMA MENAGIH TUHAN (11)

Kamis, 08 Juni 2017


KETEMU JAWABANNYA

            Sekarang suma berjalan menuju kaki bukit. Di tempat itu hanya ada satu dua rumah yang jaraknya berjauhan. Setiap kali berjumpa seseorang ia tidak lagi pertanya. Ia merasa tidak seorang pun yang akan memberikannya jawaban. Ia berjalan sepanjang hari menuruni lembah, menyeberang sungai dan mendaki bukit, merangkak naik dengan bantuan akar-akar pohon, melewati titian sebatang. Bila merasa lapar ia memakan buah-buahan yang ada di hutan dan jika haus ia meminum air yang mengalir dari akar pohon atau telaga bening.

            Sore menjelang malam ia berada di puncak bukit dan menukik ke bawah. Suma memperhatikan keadaan sekeliling hingga pendangannya terhenti pada bale-bale bamboo yang ditopang batang kelapa besar, di atasnya seorang tua sedang khusus berzikir.


           Suma mendekat dengan langkah yang sedikit diributkan untuk mengundang perhatian, tetapi orang tua itu tetap diam dan tenang dalam zikirnya. Suma tidak bermaksud mengganggunya. Perlahan-lahan ia naik ke atas bale-bale menunggu selesainya orang tua tersebut berzikir. Tetapi setelah menunggu lama dan zikir orang tua tersebut belum juga berakhir, Suma akhirnya terkantuk sendiri oleh lelahnya dan tertidur pulas.

            Dalam tidurnya, Suma melihat suatu wujud tanpa bentuk dan tanpa warna. Wujud itu tepat di hadapan Suma mengirimkan sinyal suara monolog, wahai…! Hamba Allah, engkau telah menemukan apa yang engkau cari. Segala piutangmu telah dibayar berlipat ganda sebagaimana yang dijanjikan. Pembayaran itu akan engkau terima dalam perjalanan pulang.

            Suara berakhir bersamaan dengan lenyapnya wujud tanpa bentuk dan tanpa warna tanpa meninggalkan bekas apa-apa, selain kata yang merasuki jiwa dan pikiran Suma. Suma terbangun, tersadar dan menyaksikan bahwa orang tua tadi sedang memandanginya. Belum lagi Suma bertanya, orang tua itu telah mendahului, “sekarang engkau menemukan jawaban atas semua usaha pencaharianmu.

            Setelah kesadarannya pulih betul barulah ia berkata, “Bapak ini sebenarnya siapa? Apa yang barusan terjadi dengan saya ?” tanya Suma masih dengan perasaan heran yang tidak menentu.

            Orang tua tersebut memegang pundak Suma dan berkata, “kau tidak perlu bertanya lagi, karena kau telah menemukan jawabannya.”

            Suma terdiam. Ia masih merasa belum jelas apa yang terjadi, tetapi ia merasa telah menemukan apa yang dicarinya. Orang tua tersebut tidak membiarkan Suma berlama-lama dalam ketercengangannya. “sudahlah, Nak ! Coba katakana dua pertanyaan yang dititipkan padamu,” tanya orang tua itu memecah keheningan Suma.

            “Bagaimana Bapak bisa tahu semua itu.”

            “Ya, firasat orang mukmin dapat melihat dengan cahaya Allah.”

            Setelah jawaban pertanyaan titipan itu diberikan kepada Suma, ia pun dipersilahkan meninggalkan tempat itu. Orang tua tersebut tidak ingin Suma berlama-lama dengan keheranannya ditempat yang bukan tempatnya. Orang tua tersebut khawatir dengan berlama-lama dapat menyesatkan pikiran dan mengguncang jiwa Suma.

Sebentar lagi berakhir .....

0 komentar:

Posting Komentar