KETEMU JAWABANNYA
Sekarang suma
berjalan menuju kaki bukit. Di tempat itu hanya ada satu dua rumah yang
jaraknya berjauhan. Setiap kali berjumpa seseorang ia tidak lagi pertanya. Ia
merasa tidak seorang pun yang akan memberikannya jawaban. Ia berjalan sepanjang
hari menuruni lembah, menyeberang sungai dan mendaki bukit, merangkak naik
dengan bantuan akar-akar pohon, melewati titian sebatang. Bila merasa lapar ia
memakan buah-buahan yang ada di hutan dan jika haus ia meminum air yang
mengalir dari akar pohon atau telaga bening.
Sore
menjelang malam ia berada di puncak bukit dan menukik ke bawah. Suma
memperhatikan keadaan sekeliling hingga pendangannya terhenti pada bale-bale bamboo
yang ditopang batang kelapa besar, di atasnya seorang tua sedang khusus berzikir.
Suma
mendekat dengan langkah yang sedikit diributkan untuk mengundang perhatian,
tetapi orang tua itu tetap diam dan tenang dalam zikirnya. Suma tidak bermaksud
mengganggunya. Perlahan-lahan ia naik ke atas bale-bale menunggu selesainya
orang tua tersebut berzikir. Tetapi setelah menunggu lama dan zikir orang tua
tersebut belum juga berakhir, Suma akhirnya terkantuk sendiri oleh lelahnya dan
tertidur pulas.
Dalam
tidurnya, Suma melihat suatu wujud tanpa bentuk dan tanpa warna. Wujud itu tepat
di hadapan Suma mengirimkan sinyal suara monolog, wahai…! Hamba Allah, engkau
telah menemukan apa yang engkau cari. Segala piutangmu telah dibayar berlipat
ganda sebagaimana yang dijanjikan. Pembayaran itu akan engkau terima dalam
perjalanan pulang.
Suara
berakhir bersamaan dengan lenyapnya wujud tanpa bentuk dan tanpa warna tanpa
meninggalkan bekas apa-apa, selain kata yang merasuki jiwa dan pikiran Suma.
Suma terbangun, tersadar dan menyaksikan bahwa orang tua tadi sedang
memandanginya. Belum lagi Suma bertanya, orang tua itu telah mendahului, “sekarang
engkau menemukan jawaban atas semua usaha pencaharianmu.
Setelah
kesadarannya pulih betul barulah ia berkata, “Bapak ini sebenarnya siapa? Apa
yang barusan terjadi dengan saya ?” tanya Suma masih dengan perasaan heran yang
tidak menentu.
Orang tua
tersebut memegang pundak Suma dan berkata, “kau tidak perlu bertanya lagi,
karena kau telah menemukan jawabannya.”
Suma
terdiam. Ia masih merasa belum jelas apa yang terjadi, tetapi ia merasa telah
menemukan apa yang dicarinya. Orang tua tersebut tidak membiarkan Suma
berlama-lama dalam ketercengangannya. “sudahlah, Nak ! Coba katakana dua
pertanyaan yang dititipkan padamu,” tanya orang tua itu memecah keheningan
Suma.
“Bagaimana
Bapak bisa tahu semua itu.”
“Ya,
firasat orang mukmin dapat melihat dengan cahaya Allah.”
Setelah
jawaban pertanyaan titipan itu diberikan kepada Suma, ia pun dipersilahkan
meninggalkan tempat itu. Orang tua tersebut tidak ingin Suma berlama-lama dengan
keheranannya ditempat yang bukan tempatnya. Orang tua tersebut khawatir dengan
berlama-lama dapat menyesatkan pikiran dan mengguncang jiwa Suma.
Sebentar lagi berakhir .....
0 komentar:
Posting Komentar