SUMA MENAGIH TUHAN (13)

Senin, 12 Juni 2017


AKIBAT MENAHAN PERJODOHAN

            Tepat tengah hari, Suma tiba di depan rumah Haji Halim. Ia menghentikan langkahnya sejenak ketika melihat begitu banyak tamu dengan pakaian-pakaiannya yang mewah sedang asik bercengkeramah. Hari ini Haji Halim memang sedang kedatangan utusan pengusaha kaya yang akan melamar salah satu dari tiga putrinya yang cantik jelita.



            Sayang sekali setelah berbincang-bincang dengan keluarga pelamar, mengenal kepribadian calon dan memahami latarbelakang keluarga dan keadaan status sosialnya, Haji Halim dengan ucapan agak menyesal menolak lamaran tersebut. Namun demikian dengan keputusan tersebut tidak satu pihakpun yang memperlihatkan sakit hatinya. Mereka dsaling menghargai pandangan dan pendapat masing-masing. Mereka semua dapat menahan perasaan kecewa dan larut dalam suasana kekeluargaan pada acara makan siang bersama.

            Suma tadinya akan langsung pulang ke rumah, tetapi karena ada amanah yang harus didahulukan, maka ia sempatkan mampir ke rumah Haji Halim. Tamu-tamu keheranan melihat anak tanggung dengan pakaian sederhana menanyakan Haji Halim.

            Melihat bahwa yang datang adalah Suma, Haji Halim meletakkan piringnya dan menjemput Suma untuk masuk dan ikut makan siang bersama. Sambil makan Haji Halim menceriterakan bagaimana ibunya bersama Ustadz Fahmi panik mencari Suma. “Bapak pikir kepergianmu sudah atas izin ibumu,” kata Haji Halim menunggu jawaban.

            “Saya hanya minta izin untuk menjumpai Ustadz Fahmi, tetapi karena ustadz Fahmi tidak dapat menunjukkan kepada saya dimana Tuhan berada maka saya teruskan usaha pencaharian itu sendiri,” jawab Suma menjelaskan.

            Setelah selesai makan Suma bermaksud pamit untuk segera menemui ibunya. “Kesinggahan saya kemari hanya untuk menyampaikan jawaban atas titipan pertanyaan bapak.”

            “Ooh, iya. Bagaimana, kau sudah menemukan Tuhan? Apa jawabannya?” tanya Haji Halim antara percaya dan tidak sambil menarik Suma ke sudut ruangan.

            “Saya telah menemukan Tuhan dan mendapatkan apa yang saya cari.”

            “Jadi Tuhan sudah membayar hutang-hutangmu?”

            “Betul, tapi bukan secara langsung,” jawab Suma seadanya. “Adapun pertanyaan bapak tidak dijawab oleh Tuhan secara langsung, melainkan dijawab oleh seseorang. Katanya kegelisahan bapak disebabkan karena adanya perjodohan yang bapak tahan. Mungkin ada wanita dalam kekuasaan bapak yang sudah dilamar oleh beberapa lelaki tetapi Bapak Haji selalu menolaknya,” kata Suma menjelaskan.

            Haji Halim baru tersadar dari kekeliruannya selama ini. Ia terlalu mengharapkan datangnya seorang lelaki berahlak mulia dari keturunan bangsawan yang jutawan dan intelektual. Tetapi ternyata tidak seorangpun yang memiliki keempat keunggulan itu.

            Haji Halim segera berdiri di hadapan tamu-tamunya diikuti oleh Suma. “Bapak-bapak dan ibu-ibu yang saya hormati. Anak ini telah menyadarkan kekeliruan saya selama ini. Saya sebenarnya tidak pantas menolak maksud baik bapak-bapak untuk melamar putri saya, oleh karena itu keputusan tadi saya ralat, dan sekarang saya menyatakan menerima lamaran Sukri, anak dari Bapak Haruna,” kata Haji Halim sambil menyeka airmatanya.

            Semua orang bergembira dan bertanya-tanya siapa gerangan anak kecil yang telah menyadarkan seorang Kiyai sekaliber Haji Halim itu.

Tinggal satu episode lagi .....

0 komentar:

Posting Komentar