Saudaraku, Philips Turandy…!
Tiga pucuk suratmu belum juga
sempat kubalas. Percayalah, tak ada niatan untuk memutuskan korespondensi. Semua
karena begitu banyaknya persoalan hidup yang mau tidak mau harus kita pikirkan.
Hidup ini hanya berarti ketika kita cukup berarti bagi yang lain, sekecil
apapun itu. Setidak-tidaknya kita tidak termasuk pihak-pihak yang menjadi beban
persoalan, kendatipun begitu banyak pihak yang mengatakan bahwa Papua sebuah
persoalan.
Surat terakhirmu yang penuh nada kekecewaan terhadap berbagai
pemberitaan media massa sungguh menyita perhatianku. Sungguh, aku membenarkannya. Kau
mempertanyakan mengapa pemberitaan tentang Papua selalu berputar-putar soal
Pepera, pelanggaran Ham, kemiskinan, keterbelakangan, kemalasan, Freeport, peran
TNI, aktivitas intelijen dan berbagai tudingan tidak sedap pada pemerintah
pusat dan daerah. Bukan hanya pengelola negara, kamipun rakyat Papua merasa
tertekan dengan pemberitaan seperti itu, seolah-olah Papua ini tak pernah
bergerak ke arah yang lebih baik setelah bertahun-tahun melepaskan diri dari
penjajahan Belanda.
Pada lembaran lain, Pace juga menulis, ”Pemberitaan yang bersumber dari
pemerintahpun sama kurang menyenangkannya bagi kami. Kami tahu pemerintah telah
melakukan kewenangan dan kewajibannya untuk memajukan kesejahteraan rakyat
Papua. Tetapi pemberitaan yang berulang-ulang tentang segala kemudahan dan
bantuan dana yang dikucurkan bagi Provinsi Papua hanya
akan membuat kami rakyat Papua seolah-olah sebagai anak bangsa yang belum mampu
berbuat sesuatu bagi Indonesia. Pemberitaan seperti itu hanya akan melahirkan
kesan panjang bahwa hanya NKRI yang selalu berarti bagi Provinsi Papua dan kami
orang Papua belum mampu berarti bagi NKRI. Kesan seperti itu tidak akan pernah
membangkitkan spirit kebangsaan masyarakat. Padahal beberapa tokoh Papua telah
membuktikan bahwa mereka cukup berarti bagi Indonesia. Kami merindukan hadirnya
pemberitaan yang lebih menekankan apa-apa yang telah kami perbuat bagi kemajuan
bangsa Indonesia. Itu adalah sebuah rasa bangga bagi kami sebagai bangsa
Indonesia, sehingga seluruh Bangsa Indonesiapun memiliki kebanggaan pada kami,
masyarakat Papua.”
Saudaraku, Philips Turandy….!
Aku sangat memahami kegalauanmu.
Papua telah memberikan apa yang mereka bisa. Begitu panjang daftar orang-orang
yang telah memberikan arti bagi wilayah besar yang bernama Indonesia. Ari
Sihasale, aktor ganteng Indonesia yang terus berkiprah memajukan industri perfilman
Indonesia. Group Band Black Brother dan penyanyi bersuara emas Edo Kondologit
telah semakin memperkaya seniman-seniman musik Indonesia. Septinus George Saa,
pelajar Papua yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional
lewat kemampuannya meraih juara dalam olimpiade fisika dunia. Dalam bidang
keilmuanpun ada almarhum Hans Waspakrik, ahli fisika ITB, ada Enos Rumansara
dan Marlina Flassy yang cukup dikenal sebagai Antropolog dan giat memberikan
ilmunya kepada bangsa Indonesia. Kita kenal juga pahlawan-pahlawan nasional
bangsa Indonesia yang berasal dari Papua, seperti Frans Kaisiepo, Johannes
Abraham DimaraMarthen Indey, Silas Papare dan banyak tokoh lainnya.
Saudaraku….!
Jika kau sering mengatakan, “Jangan tanyakan apa yang negara berikan
padamu, tetapi bertanyalah apa yang telah kau berikan pada negara.” Maka aku
tegaskan bahwa masyarakat Papua lewat peran-peran manusia bertalentanya telah
memberikan banyak hal pada negara. Titus Bonay, Boaz dan Ortizan Salossa, Ellie
Aiboy, Okta Maniani dan banyak talenta sepakbola lainnya telah memberi warna
pada kekuatan kesebelasan nasional Indonesia. Begitupun juga atlet-atlet Papua
dari cabang olahraga lainnya seperti
petinju Benny Maniani, Levi Rumbewas, binaragawan terbaik Indonesia, Ida
Korwa atlet angkat besi, dan banyak atlet yang mengandalkan kemampuan fisik
prima masyarakat Papua.
Tidak hanya di cabang-cabang olahraga dan keterampilan, tokoh-tokoh Papua
dengan kualitas keilmuannya berhasil menduduki jabatan tinggi negara seperti
Balthasar Kambuaya, Freddy Numbery, dan Manuel Kaisiepo, serta banyak politisi
dan negarawan lainnya semacam Abraham Octavianus Atururi, Barnabas Suebu, Elias
Jan BonaiIzaac Hindom, JP. SolossaMichael Manufandu, Jacob Pattipi, Velix
Wanggai, Ali Mochtar Ngabalin, dan…lelah tanganku menulis sekian banyak nama
tokoh Papua yang telah memberikan kontribusi terhadap kebijakan-kebijakan
negara, termasuk kebijakan terhadap kemajuan masyarakat Papua.
Saudaraku, Philips Turandy..!
Sebelum kusudahi surat ini, aku mau kabarkan padamu bahwa pada tanggal 28
Agustus 2013 kemarin, dua perempuan asal Papua meraih penghargaan, “Perempuan
Tangguh Indonesia” dalam acara Malam Penganugerahan Penata di Hall Cilandak
Square. Ia adalah Ferdinando Ibo Yatipay sebagai fenomenal Legislator Women,
dan Antie Solaiman, wanita kelahiran Yogyakarta yang menghabiskan hidupnya
untuk mengabdi bagi masyarakat Papua sebagai tenaga medis di puskesmas dan
sekaligus sebagai guru pada sekolah yang dibangun oleh masyarakat Papua. Ia
dianugerahi sebagai Independen Women. Sama seperti kerisauanmu, akupun prihatin
karena momentum tersebut tidak terliput secara luas oleh media massa. Aku
berjanji akan menuliskan tentang Antie Solaiman pada surat-suratku berikutnya.
Saudaraku…Philips Turandy…!
Sekali lagi aku tekankan, Papua
sangat berarti bagi Indonesia, sama berartinya daerah-daerah lain bagi panggung
besar bernama Indonesia. Oleh karena itu, selalulah kabarkan diri dan
lingkunganmu agar kami juga mengabarkan banyak hal di sini.
Hormat kasih.
Bung Komar (Telah Dimuat di Majalah "Nusa Khatulistiwa" Edisi September 2013)
0 komentar:
Posting Komentar