MEMBINA PERKAWINAN KEDUA

Jumat, 11 November 2016


Adikku Nasmy…!
Ini untuk pertama kali aku bersurat padamu. Jangan tanya mengapa, karena jawabannya hanya ada pada rentang waktu dan jarak. Tiga puluh tahun adalah waktu yang lama, dan dalam rentang itu banyak ceritera yang tak lagi kudengar. Tetapi percayalah aku selalu berdoa dan berharap kehidupanmu berjalan baik-baik saja. Ada banyak hal tentang diri dan keluargamu yang kusimpan baik-baik, terpelihara di benakku sebagai kesan.

Aku benar-benar kaget mendengar dari sahabat-sahabatmu bahwa engkau melangsung pernikahanmu yang kedua. Tadinya kuanggap berita itu gurauan atau aku yang salah membaca maksud obrolan teman-teman tentang dirimu, hingga muncul photo pernikahan keduamu dalam group di WA. Aku memang tidak punya alasan untuk kecewa, tetapi sejujurnya aku mengharapkan engkau mengundang atau setidaknya mengabarkan maksud baikmu. Sehingga akupun dapat menyertakan doa bagi kebahagiaanmu. Namun demikian aku harus memaklumi bahwa jarak selalu menjadi alasan yang paling rasional.

Lima tahun terakhir komunikadsi kita nyambung kembali karena adanya medsos, namun intensitas obrolan terbatas dan terkendala oleh kesibukan kita masing-masing. Lewat postingan di FB aku tahu kamu baik-baik saja. Apalagi melihat kebahagiaanmu bersama anak anakmu yang cantik-cantik, dan juga aktivitas karirmu yang semakin baik. Memang selama ini aku tak pernah melihat postingan photo photo suamimu, dan aku merasa tak perlu bertanya, mengapa. Mungkin saja suamimu kurang senang dengan medsos, atau kamu sendiri lebih nyaman dengan pikiran-pikiranmu. Aku juga tak pernah membaca statusmu yang galau atau suasana hatimu yang sedang terganggu. Namun akhirnya semua terjawab ketika kabar pernikahan keduamu menjadi perbincangan di antara teman-teman kita bersama.

Adikku Nasmy…!
Selamat berbahagia adik cantikku. Kanda berharap pernikahan keduamu akan berjalan lebih baik dan menjadikan pernikahan pertama sebagai referensi dan pengalaman berharga dalam membangun bahtera keduamu. Apakah pernikahan kedua akan menjadi lebih baik atau kemungkinan lebih rentan, semua akan berbalik pada kalian yang menjalaninya. Sejujurnya aku sedikit khawatir karena aku percaya pada kalimat sakti ini,

“Jika seorang lelaki ditinggal mati oleh istrinya lalu memutuskan untuk menikah kembali, itu karena ia sangat mencintai istri pertamanya. Sebaliknya jika seorang wanita ditinggal mati oleh suaminya lalu memutuskan untuk menikah kembali, itu karena ia tidak menemukan cinta pada suami pertamanya.”

Tapi lupakanlah kalimat tersebut karena tidak sesuai dengan konteks persoalanmu. Persoalan pernikahan pertama kalian berdua berakhir karena perceraian. Itu berarti kalian berdua adalah orang-orang yang kehilangan cinta pada pernikahan pertama. Oleh karena itu kanda berharap pada pernikahan kedua ini, kalian menemukan kembali cinta yang hilang itu. Oleh karena itu aku berharap kamu tidak melakukan kekeliruan yang sama dalam hal menentukan dan memutuskan standar dan kriteria pasangan hidupmu yang baru. Ingatlah sayang, keputusanmu untuk menjalani pernikahan kedua, bukan hanya keputusan dua kepala yang akan menikah. Kanda harap kamu sudah mempertimbangkan isi kepala dan gerak hati anak-anakmu. Karena dalam pernikahan keduamu bukan hanya kalian berdua yang menjalaninya tetapi anak-anak juga menjadi bagian yang akan memberi warna dalam lukisan terbarumu.

Adikku Nasmy…!
Kanda berharap kamu cukup siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan dari tantangan dan persoalan-persoalan yang menyertai pernikahan keduamu. Kalian berdua bisa saja menganggap bahwa pernikahan pertama sudah berakhir. Kalian juga bisa saja menganggap bahwa semua ingatan tentang yang pertama sudah harus dikubur karena terlalu banyak berisi hal-hal yang tidak menyenangkan. Tapi ingatlah bahwa pernikahan pertama itu ibarat semua buku yang pernah kalian tulisi bersama, dan tanpa sadar kerap membuka kembali lembaran-lembarannya.


Jadi jangan terlalu berharap pasanganmu melupakan pernikahan pertamanya. Jika hal itu tiba-tiba timbul dalam perbincangan, sikapi dengan biasa-biasa saja. Jangan ekspresikan sikap cemburumu ketika masa lalu hadir dalam perbincangan. Kamupun juga berusaha untuk tidak bernostalgia tentang perkawinan pertamamu, dan ketika tanpa sadar kau ceriterakan kembali, berhentilah ketika kalimat masih dalam koma.

Adikku Nasmy….!
Pekerjaan terbesarmu ke depan adalah menjaga perasaan anak-anakmu, anak-anak pasanganmu, orang tua dan keluarga terdekat kalian, juga termasuk teman-teman yang sudah terbiasa berinteraksi dengan pasanganmu sebelumnya. Bukan hanya kamu dan pasanganmu yang harus menyesuaikan diri kembali dengan situasi yang baru, tetapi kamupun harus membantu anak-anak, orang tua, keluarga dan sahabatmu membangun penyesuaian diri yang baru.

Kamu harus melatih kesabaranmu ketika ada letupan-letupan protes dari anak anak tentang situasi baru yang belum siap mereka terima. Bicarakanlah bersama-sama dengan pasangan barumu bagaimana menyikapi perubahan-perubahan baru dan membangun penyesuian diri sedikit demi sedikit. Jangan memaksakan anak-anak untuk menerima perubahan itu, tetapi berilah selalu pengertian bahwa keadaan sudah berubah, dan semua dari kita harus berlatih menyesuikan diri dengan kondisi yang baru.

Hal lain yang perlu kamu perhatikan pula adalah menjaga perasaan pasanganmu sewaktu berkumpul dan bergaul dengan teman-teman lama. Biasanya tanpa sadar topik lari ke ceritera-ceritera tentang pernikahan pertama. Kamu harus bersikap bijak dan menjaga jangan sampai pasanganmu merasa tersisih dalam komunitas teman-temanmu. Saya sich percaya teman-teman lamamu tahu bagaimana bersikap di hadapan pasangan barumu.

Nasmy….!
Ada hal yang sangat penting kusampaikan padamu. Maaf, kanda tidak bermaksud mengguruimu. Kanda tahu secara keilmuan kamu lebih tahu tentang kehidupan ini. Anggap ini hanya sebagai pengingat. Bukankah saling mengingatkan itu baik dan bernilai ibadah. Pernikahan keduamu ini adalah pernikahan antara dua anak manusia yang usianya sudah matang, secara ekonomi mapan, secara psikologis kaya akan terpaan pengalaman hidup. Oleh karena itu aku menganggap perlu mendiskusikan pengelolaan harta dan asset-aset lain. Maaf, kesannya usulanku ini mungkin mengerikan. Ingatlah ikatan pernikahan itu punya dampak pada asset asset ketika salah satu dari kalian tak lagi membumi. Kalian perlu menyesuaikan dokumen-dokumen pengelolaan harta dengan kondisi keluarga yang baru. Kanda sich berharap kalian berdua bersedia menganggap bahwa kalian tidak memiliki apa-apa lagi. Semua telah menjadi milik anak-anakmu. Sehingga kelak ketika salah satu dari kalian menghuni bumi ini, maka mereka yang ditinggal tidak menanggung beban persoalan kedua orang tuanya. Engkaulah yang paling mengerti tehnisnya.

Ada satu lagi usulan yang juga mungkin lebih ekstrim, tetapi baik bagi kalian berdua. Janganlah lagi berpikir untuk memiliki anak dari perkawinan keduamu, karena kalian masing-masing telah memiliki anak-anak yang beranjak dewasa. Ini hanya usulan yang dilandasi pemikiran panjang dan kasih sayang. Selebihnya kalian berdualah yang lebih tahu apa yang harus dilakukan ke depan. Kanda hanya selalu berdoa kalian berdua menjadi pasangan yang Sakinah Mawaddah, warahma.


Jakarta, 10 November 2016

0 komentar:

Posting Komentar