Adikku Nasmy…!
Ini untuk pertama kali aku bersurat padamu. Jangan tanya mengapa, karena
jawabannya hanya ada pada rentang waktu dan jarak. Tiga puluh tahun adalah
waktu yang lama, dan dalam rentang itu banyak ceritera yang tak lagi kudengar.
Tetapi percayalah aku selalu berdoa dan berharap kehidupanmu berjalan baik-baik
saja. Ada banyak hal tentang diri dan keluargamu yang kusimpan baik-baik,
terpelihara di benakku sebagai kesan.
Aku benar-benar kaget mendengar dari sahabat-sahabatmu bahwa engkau
melangsung pernikahanmu yang kedua. Tadinya kuanggap berita itu gurauan atau
aku yang salah membaca maksud obrolan teman-teman tentang dirimu, hingga muncul
photo pernikahan keduamu dalam group di WA. Aku memang tidak punya alasan untuk
kecewa, tetapi sejujurnya aku mengharapkan engkau mengundang atau setidaknya
mengabarkan maksud baikmu. Sehingga akupun dapat menyertakan doa bagi
kebahagiaanmu. Namun demikian aku harus memaklumi bahwa jarak selalu menjadi
alasan yang paling rasional.
Lima tahun terakhir komunikadsi kita nyambung kembali karena adanya
medsos, namun intensitas obrolan terbatas dan terkendala oleh kesibukan kita
masing-masing. Lewat postingan di FB aku tahu kamu baik-baik saja. Apalagi
melihat kebahagiaanmu bersama anak anakmu yang cantik-cantik, dan juga
aktivitas karirmu yang semakin baik. Memang selama ini aku tak pernah melihat postingan
photo photo suamimu, dan aku merasa tak perlu bertanya, mengapa. Mungkin saja
suamimu kurang senang dengan medsos, atau kamu sendiri lebih nyaman dengan
pikiran-pikiranmu. Aku juga tak pernah membaca statusmu yang galau atau suasana
hatimu yang sedang terganggu. Namun akhirnya semua terjawab ketika kabar
pernikahan keduamu menjadi perbincangan di antara teman-teman kita bersama.
Adikku Nasmy…!
Selamat berbahagia adik cantikku. Kanda berharap pernikahan keduamu akan
berjalan lebih baik dan menjadikan pernikahan pertama sebagai referensi dan
pengalaman berharga dalam membangun bahtera keduamu. Apakah pernikahan kedua
akan menjadi lebih baik atau kemungkinan lebih rentan, semua akan berbalik pada
kalian yang menjalaninya. Sejujurnya aku sedikit khawatir karena aku percaya
pada kalimat sakti ini,
“Jika seorang lelaki ditinggal mati oleh
istrinya lalu memutuskan untuk menikah kembali, itu karena ia sangat mencintai
istri pertamanya. Sebaliknya jika seorang wanita ditinggal mati oleh suaminya
lalu memutuskan untuk menikah kembali, itu karena ia tidak menemukan cinta pada
suami pertamanya.”
Tapi lupakanlah kalimat tersebut karena tidak sesuai dengan konteks
persoalanmu. Persoalan pernikahan pertama kalian berdua berakhir karena
perceraian. Itu berarti kalian berdua adalah orang-orang yang kehilangan cinta
pada pernikahan pertama. Oleh karena itu kanda berharap pada pernikahan kedua
ini, kalian menemukan kembali cinta yang hilang itu. Oleh karena itu aku
berharap kamu tidak melakukan kekeliruan yang sama dalam hal menentukan dan
memutuskan standar dan kriteria pasangan hidupmu yang baru. Ingatlah sayang,
keputusanmu untuk menjalani pernikahan kedua, bukan hanya keputusan dua kepala
yang akan menikah. Kanda harap kamu sudah mempertimbangkan isi kepala dan gerak
hati anak-anakmu. Karena dalam pernikahan keduamu bukan hanya kalian berdua
yang menjalaninya tetapi anak-anak juga menjadi bagian yang akan memberi warna
dalam lukisan terbarumu.
Adikku Nasmy…!
Kanda berharap kamu cukup siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan dari
tantangan dan persoalan-persoalan yang menyertai pernikahan keduamu. Kalian
berdua bisa saja menganggap bahwa pernikahan pertama sudah berakhir. Kalian
juga bisa saja menganggap bahwa semua ingatan tentang yang pertama sudah harus
dikubur karena terlalu banyak berisi hal-hal yang tidak menyenangkan. Tapi
ingatlah bahwa pernikahan pertama itu ibarat semua buku yang pernah kalian
tulisi bersama, dan tanpa sadar kerap membuka kembali lembaran-lembarannya.
Jadi jangan terlalu berharap
pasanganmu melupakan pernikahan pertamanya. Jika hal itu tiba-tiba timbul dalam
perbincangan, sikapi dengan biasa-biasa saja. Jangan ekspresikan sikap
cemburumu ketika masa lalu hadir dalam perbincangan. Kamupun juga berusaha
untuk tidak bernostalgia tentang perkawinan pertamamu, dan ketika tanpa sadar
kau ceriterakan kembali, berhentilah ketika kalimat masih dalam koma.
Adikku Nasmy….!
Pekerjaan terbesarmu ke depan adalah menjaga perasaan
anak-anakmu, anak-anak pasanganmu, orang tua dan keluarga terdekat kalian, juga
termasuk teman-teman yang sudah terbiasa berinteraksi dengan pasanganmu
sebelumnya. Bukan hanya kamu dan pasanganmu yang harus menyesuaikan diri
kembali dengan situasi yang baru, tetapi kamupun harus membantu anak-anak,
orang tua, keluarga dan sahabatmu membangun penyesuaian diri yang baru.
Kamu harus melatih kesabaranmu ketika ada
letupan-letupan protes dari anak anak tentang situasi baru yang belum siap
mereka terima. Bicarakanlah bersama-sama dengan pasangan barumu bagaimana
menyikapi perubahan-perubahan baru dan membangun penyesuian diri sedikit demi
sedikit. Jangan memaksakan anak-anak untuk menerima perubahan itu, tetapi
berilah selalu pengertian bahwa keadaan sudah berubah, dan semua dari kita
harus berlatih menyesuikan diri dengan kondisi yang baru.
Hal lain yang perlu kamu perhatikan pula adalah
menjaga perasaan pasanganmu sewaktu berkumpul dan bergaul dengan teman-teman
lama. Biasanya tanpa sadar topik lari ke ceritera-ceritera tentang pernikahan
pertama. Kamu harus bersikap bijak dan menjaga jangan sampai pasanganmu merasa tersisih
dalam komunitas teman-temanmu. Saya sich percaya teman-teman lamamu tahu
bagaimana bersikap di hadapan pasangan barumu.
Nasmy….!
Ada hal yang sangat penting kusampaikan padamu. Maaf,
kanda tidak bermaksud mengguruimu. Kanda tahu secara keilmuan kamu lebih tahu tentang
kehidupan ini. Anggap ini hanya sebagai pengingat. Bukankah saling mengingatkan
itu baik dan bernilai ibadah. Pernikahan keduamu ini adalah pernikahan antara
dua anak manusia yang usianya sudah matang, secara ekonomi mapan, secara
psikologis kaya akan terpaan pengalaman hidup. Oleh karena itu aku menganggap
perlu mendiskusikan pengelolaan harta dan asset-aset lain. Maaf, kesannya
usulanku ini mungkin mengerikan. Ingatlah ikatan pernikahan itu punya dampak
pada asset asset ketika salah satu dari kalian tak lagi membumi. Kalian perlu
menyesuaikan dokumen-dokumen pengelolaan harta dengan kondisi keluarga yang
baru. Kanda sich berharap kalian berdua bersedia menganggap bahwa kalian tidak
memiliki apa-apa lagi. Semua telah menjadi milik anak-anakmu. Sehingga kelak
ketika salah satu dari kalian menghuni bumi ini, maka mereka yang ditinggal
tidak menanggung beban persoalan kedua orang tuanya. Engkaulah yang paling
mengerti tehnisnya.
Ada satu lagi usulan yang juga mungkin lebih ekstrim,
tetapi baik bagi kalian berdua. Janganlah lagi berpikir untuk memiliki anak
dari perkawinan keduamu, karena kalian masing-masing telah memiliki anak-anak
yang beranjak dewasa. Ini hanya usulan yang dilandasi pemikiran panjang dan
kasih sayang. Selebihnya kalian berdualah yang lebih tahu apa yang harus
dilakukan ke depan. Kanda hanya selalu berdoa kalian berdua menjadi pasangan
yang Sakinah Mawaddah, warahma.
Jakarta, 10 November 2016
0 komentar:
Posting Komentar