Saudara
tidak perlu mengeluarkan air mata untuk membaca tulisan tentang air mata,
saudara hanya perlu membuka mata untuk mengenal air mata dan mata air. Dengan
mata kalian bisa melihat segala sesuatu di luar dirimu sendiri, tetapi dengan
air mata kalian akan dapat memahami kondisi emosional dirimu dan mensyukuri
segala hal yang membuat matamu sebagai mata air yang mengeluarkan air mata.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefinisikan air mata sebagai air yang meleleh dari mata. Dengan kata lain,
air mata adalah air yang keluar, meleleh dan dan mengalir jatuh dari mata. Ada
juga air mata yang keluar dari mata tetapi tidak meleleh dan mengalir. Air mata
seperti itu hanya tampak membasahi sehingga mata tampak berkaca-kaca, sehingga
mata yang tadinya kering kini basah terlumasi oleh air mata. Dari kacamata ilmu kesehatan, air mata adalah
kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi untuk membersihkan dan melumasi
mata. Kata lakrimasi dapat digunakan merujuk pada menangis. Namun tidak semua
tangisan mengeluarkan air mata. Bayi yang baru lahir saja memulai aktivitas
kehidupannya dengan menangis, tetapi ia tidak mengeluarkan air. Ada juga orang
yang mampu mengendalikan tangisannya sehingga tidak sampai mengeluarkan air
mata, ia hanya terlihat seduh sedan dengan nafas naik turun menahan emosi
jiwanya.
Mengapa air mata dinamakan air mata ?
Jawabannya sederhana, karena air itu keluar dari mata dan pengguna bahasa Indonesia
sepakat menamakannya air mata. Tetapi jika kita membasuh muka dan ada air
menempel di mata, kita tidak akan menamakan air yang menempel itu sebagai air
mata, melainkan hanya menyebutnya air di mata. Jadi air mata itu bukan air
sembarangan, melainkan air yang diproduksi oleh emosi jiwa sehingga rasanyapun
agak asin dan tidak layak dikonsumsi sebagai air minum. Lalu bagaimana dengan
air mata buaya yang diproduksi oleh emosi kebohongan dan kepura-puraan ? Adakah
rasanya asin atau tawar ? Sayangnya tak ada buaya yang bersedia mengeluarkan
air matanya untuk tujuan riset manusia.
Jika
air yang keluar dari mata dinamakan air mata, maka mata yang mengeluarkan air
dapat kita sebut sebagai mata air. Namun para pengguna bahasa belum sepakat
menamakan mata sebagai mata air, karena mata tidak selamanya mengeluarkan air.
Mata hanya dapat kita katakan sebagai mata air ketika mata hadir sebagai sumber
keluarnya air, yaitu air mata. Sama dengan mata air di tanah yang selama ini
kita kenal sebagai mata air. Ia dinamakan mata air karena mengeluarkan air,
jika mata air tak lagi mengeluarkan air, maka ia tidak lagi bernama mata air.
Bedanya, air yang keluar dari mata air di tanah tidak kita namakan air mata.
Mengapa ? karena keluarnya air dari mata air di tanah tidak didorong oleh emosi
jiwa yang sakit, senang dan atau bahagia.
Padahal
secara metaforis, keluarnya air dari mata air di tanah dapat kita artikan sebagai
tangisan bumi yang tidak tahan menahan beban mineral bumi sehingga air
menyembur ke permukaan. Bisa juga diartikan tangisan bumi karena adanya permukaan yang memotong muka air
tanah, atau dapat pula berupa tangisan bumi karena adanya struktur tanah
rekahan atau susunan yang nyasar sehingga air tersesat dan mencari penyaluran
melalui mata air yang dibentuknya. Mata air dan air mata adalah proses alamiah
yang dialami bumi dan manusia.
Dalam
keseharian kita hanya mengenal air mata sebagai buah tangisan. Air mata yang
tercurah saat menangis merupakan ungkapan perasaan atas kekecewaan, sakit hati,
terluka, sedih dan bahagia. Dengan demikian tangis adalah salah satu anugerah
bagi hidup dan kehidupan agar kita senantiasa menyadari bahwa dibalik
ketangguhan fisik dan daya nalar manusia, terdapat keterbatasan dan
ketakberdayaan atas kuasa Allah yang menentukan segala-galanya.
Tangis
dengan demikian merupakan bentuk kepekaan diri dalam mendeteksi perasaan dan
keterbatasan diri. Jadi, kalau anda ingin menangis, jangan ditahan.
Menangislah, biarkan diri anda menangis, biarkan alam menyaksikan tangisanmu.
Menangis bukanlah kelemahan, bukan juga kesalahan yang harus dihakimi. Menangis
itu kebebasan jiwa untuk mengungkapkan perasaan yang tersimpan, yang tersisa
dan terbiar di dasar keinginan.
Saya
hanya berpesan satu hal. Jangan akhiri dengan tangisan.
Di sumber mata air panas, Banda Aceh |
0 komentar:
Posting Komentar