SUMA MENAGIH TUHAN (4)

Senin, 29 Mei 2017


HATI YANG BARU

            Ustadz Fahmi tidak berbicara soal agama dengan dr. Hendra. Ia berbicara soal kehidupan sebahagian besar masyarakat, soal kenaikan harga, kemarau panjang, bencana alam dan politik. Ia sebentar-sebentar bertanya pandangan kedokteran mengenai maraknya pengguguran kandungan, dengan berbagai mal praktek lainnya serta masalah keluarga berencana pada umumnya.

            Dokter Hendra yang sedari tadi sudah mengambil ancang-ancang berdebat soal-soal keagamaan menjadi malu sendiri, karena Ustadz Fahmi tidak sekalipun berbicara soal keagamaan. Ia menjadi sangat tertarik atas pembicaraan Ustadz Fahmi. Ia tidak menyangka bahwa seorang pengurus masjid, seorang imam yang begitu sederhana mempunyai pengetahuan umum seluas itu.

            Rasa tertarik dan rasa sungkan pada Ustadz Fahmi yang sudah didengar berita-berita sebelumnya tentang ketinggian pribadinya, menyebabkan dr. Hendra kini terbuka terhadap pengaruh Ustadz Fahmi. Tetapi Ustadz Fahmi tidak tergesa-gesa melakukan serangan. Ia akan membiarkan sasarannya menilai sendiri dengan seksama apa yang dimaksudnya.

            Kebetulan seminggu lagi aka nada peringatan Maulid di Masjid Nurul Islam, maka ustadz hanya mengharapkan kehadiran pak dr. Hendra pada hari yang kebetulan hari libur, bersama dengan penghuni penghuni kompleks lainnya. “Undangan tertulis akan menyusul,” tambah Ustadz Fahmi.

            Dokter Hendra merasa sangat tersanjung, karena sebelum undangan tertulis, Ustadz Fahmi sendiri datang mengundangnya secara pribadi. Dengan serta merta ia berjanji akan hadir.

            Ada semacam perkembangan baru dalam hati dr. Hendra terhadap agama. Sikapnya kini mengalami perubahan drastis. Ia telah menemukan hati yang baru, hati yang membuka diri terhadap ajaran agama. Sejak kedatangan Ustadz Fahmi, ia mulai bertanya-tanya pada istrinya beberapa dasar agama Islam. Ia kebanyakan mengangguk-angguk menerima penjelasan istrinya yang juga seorang terpelajar. Suara adzan subuh yang dahulu terasa mengganggu, kini mulai terasa menyejukkan hatinya, walau hanya sekali-sekali saja tergerak untuk menunaikan sholat subuh setelah istrinya berangkat ke masjid.

            Setiap kali waktu sholat matanya selalu menatap ke jurusan masjid dan hatinya ingin sekali menyertai mereka-mereka yang melintas di hadapan rumahnya untuk menuju ke masjid. Ia menantikan hari peringatan maulid yang dirasakannya begitu lama sekali. Istri dr. Hendra sangat senang melihat perfubahan pendirian suaminya. Dari rasa antipasti menjelma menjadi simpati.

            Istrinya memanjatkan segala doa yang dapat mempercepat datangnya petunjuk Ilahi bagi suaminya. Ia tahu bagaimanapun seseorang itu diyakinkan oleh sesamanya manusia tentang kebenaran Agama Islam, namun hanya petunjuk Allah juga yang dapat menjadikan manusia beriman.

            Dokter Hendra sepulang dari tempat prakteknya singgah membeli kopiah dan sajadah. Istrinya hanya tersenyum puas melihat suaminya memakai kopiah di depan cermin. Dalam hati ia mengagumi suaminya yang tampak begitu pantas dengan sarung, kopiah dan baju takwanya.

Bersambung ......

0 komentar:

Posting Komentar