KENANGAN IBU AKAN SUAMINYA
Suma
Menyampaikan nianya, dan ibunya tidak mempertanyakan alasan anaknya. Ia sendiri
akan meminta Suma berhenti berjualan mengingat usianya yang sudah meningkat
remaja, tetapi ia mempunyai pertimbangan lain. Harga diri masih mengalir dengan
deras dalam tubuh wanita itu sebagai seorang yang pernah tergolong berada,
sekalipun kini ia tinggal dalam gubuk sederhana di lingkungan orang-orang kampung.
Namun ia membiarkan anaknya menempuh hidup berat agar kelak ia menjadi wiraswasta
tangguh. Kini setelah berdagang kue di sekolah selama hampir lima tahun, Sang
Ibu menganggap bahwa Suma sudah punya dasar pengalaman.
Ibu Suma
kembali mengingat-ingat suaminya almarhum dan tahun tahun yang dilaluinya dalam
rumah tangga :
Setelah
sebulan mereka menikah, ibu mertua menganjurkan mencari rumah lain agar ia
dapat belajar hidup mandiri. Mereka harus belajar melayarkan bahtera rumah
tangga yang baru dibinanya, untuk merasakan suka duka kehidupan suami istri.
Mereka
membeli sebuah rumah yang baru selesai dibangun di sebuah kompleks perumahan.
Di belakang hari, dekat rumah mereka direncanakan akan dibangun sebuah masjid yang
diperkirakan rampung tahun depan.
Suaminya
merasa pada mulanya sangat terganggu dengan suara adzan pada waktu subuh,
ketika tidur sedang lelap lelapnya menjelang pagi. Kadang-kadang ia terbangun
dan tidak dapat tidur lagi, sehingga di tempat kerja ia terkantuk-kantuk.
Hendra memang tidak hidup dalam lingkungan keluarga yang tekun beragama. Orang
tuanya tidak pernah mengajak sholat berjamaah, apalagi untuk menyempatkan
waktu ke masjid. Islamnya hanya dalam KTP dan pelaksanaan keagamaannya hanya
waktu disunat, waktu nikah, dan nanti jika kelak meninggal dunia. Hanya pengakuan
keislamannya yang masih tertanam dalam-dalam pada jiwanya, dan ini adalah satu
satunya modal yang masih tersisa.
Namun
ketika ia selesai SMA dan belajar di perguruan tinggi, perbuatan
ugal-ugalannya ia hentikan, tetapi rasa beragama belum juga masuk dalam
hatinya.
Ia belajar
di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, dan karena harapan harapan
gemilang, ia menjadi mahasiswa yang bersungguh sungguh dalam studinya. Di
kampus ada masjid dan beberapa mahasiswa aktif mengelola pengajian pengajian
setiap minggunya. Tetapi petunjuk belum juga datang pada diri Hendra.
Setelah
menyelesaikan studinya dan menyandang gelar dokter, ia dinikahkan dengan gadis
yang telah direstui orang tuanya dan dari seorang keluarga baik-baik. Ia
ditugaskan di sebuah rumah sakit kabupaten selama dua tahun sebelum
dipindahkan ke kota.
Bersambung ……
0 komentar:
Posting Komentar