SUMA MENAGIH TUHAN (3)

Minggu, 28 Mei 2017


DAYA TARIK SEORANG USTADZ

            Ketua Masjid Nurul Islam adalah seorang ulama terpelajar yang penuh gairah kerja. Ia berpendapat bahwa orang Islam yang sudah datang ke masjid tIdak lagi memerlukan prioritas dakwah. Tetapi orang Islam yang masih di luar masjid yang belum berkenalan dengan dakwah, inilah yang harus diperhatikan. Ia mengatakan, “mereka yang masuk masjid berarti mereka sudah masuk kantong. Mereka tinggal diperkuat iman dan diperdalam ketakwaannya.”

            Ia mempunyai daftar dan data-data dari penduduk sekitar kompleks. Ia mengetahui tempat kerja, kesukaan dan kemampuan masing-masing. Pada mulanya Ustadz Fahmi hanya tersenyum manis serta memberi anggukan setiap kali ia berjumpa dengan calon sasarannya. Dengan demikian ia telah mendapatkan simpati baik dari orang dewasa, pemuda, pria maupun wanita.

            Di antara mereka ada yang hanya dengan pendekatan demikian sudah sadar sendiri dan datang ke masjid tiap hari Jumat, lalu berangsur angsur mau menghadiri sholat berjamaah. Semakin banyak mereka mendengar ceramah semakin mantap ke-Imanannya dan semakin mendalam ke-Takwaannya.



            Dalam waktu tiga bulan suasana kompleks itu sudah berubah banyak. Pemuda yang ugal-ugalan tidak ia jauhi atau mengritiknya di Majelis Taklim. Tetapi Ia kadang menyertai mereka, mencoba memahami kegiatan dan aktivitas malamnya. Pengajian laki-laki dewasa dikunjungi banyak orang. Pengajian khusus wanita dengan muballiq yang tenar juga diadakan, sedangkan pada sore hari menjelang magrib ada pengajian anak-anak dan pelajaran membaca Al Quran. Di Kompleks itu tidak ada lagi dijumpai kumpulan anak-anak muda yang mabuk-mabukan, apalagi berjudi. Infak dan sadakah lumayan banyaknya, karena pada umumnya penghuni kompleks adalah orang bisnis dan pejabat-pejabat.

            Hanya satu orang yang belum berhasil dibawa oleh Ustadz Fahmi ke masjid, yaitu dr. Hendra. Tetapi istrinya begitu rajin mengikuti pengajian ibu-ibu. Walaupun dr. Hendra belum berhasil ditundukkan oleh Ustadz Fahmi, masyarakat dan pengurus masjid menganggap Ustadz Fahmi telah berhasil membina jamaah.

            Ketua pengurus masjid sebelumnya tidak pernah berhasil memanggil kaum muslimin lebih dari beberapa saf setiap magrib, apalagi pada waktu sholat subuh. Ketua sebelumnya wataknya agak keras. Ia mengritik dengan pedas orang orang islam yang tidak mau sholat dan datang ke masjid, ia juga mencaci maki remaja remaja yang main musik, drama atau berolahraga dengan aurat terbuka. Tidak heran jika beberapa pemuda menjulukinya sebagai hantu kompleks.

            Bagi Ustadz Fahmi sekarang yang menjadi pemikirannya adalah dr. Hendra. Ia berniat bertamu ke rumah beliau pada saat yang baik.

            Dokter Hendra sedang berbincang-bincang dengan istrinya. Ia menyinggung tentang waktu istrinya yang tersita untuk urusan-urusan Majelis Taklim. Istrinya hanya tersenyum dan berkata, “susah juga tidak aktif dalam kegiatan Majelis Taklim sementara seluruh wanita di kompleks aktif di pengajian. Apakah saya harus hidup terpencil?”

            “Saya sendiri.” Kata dr. Hendra mencoba bertahan.

      “Kita ini berada dalam sebuah kompleks perumahan. Betapa kurang bersahabatnya jika kita tidak turut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh seluruh warga kompleks,”

            “Itu betul juga,” kata dr. Hendra. “Karenanya saya piker dan saya timbang timbang, lebih baik kita pindah dan mencari tempat tinggal lain saja.”

            Disaat itu terdengar ketukan dipintu dan setelah dibuka, muncullah Ustadz Fahmi dengan senyumnya yang lebar dan manis, mengucapkan salam. Seolah-olah ada kekuatan lain yang mendorong dr. Hendra bersikap sedikit ramah kepada tamunya. “Silahkan duduk Ustadz,” kata dr. Hendra.

Bersambung ......

0 komentar:

Posting Komentar