Kalau
saja republik tercinta ini diibaratkan sebagai sebuah Bus Besar Antar Tujuan (BBAT)
yang mengantarkan semua penumpangnya ke satu titik tuju yang sama, maka
supirnya adalah pemerintah dan penumpangnya adalah seluruh rakyat Indonesia
yang bhinneka tunggal ika. Jika supir mulai lengah, mengantuk, tidak awas dan
menjalankan kendaraan diluar batas kecepatan yang wajar serta ugal-ugalan, maka
harus ada diantara penumpang yang menegur untuk mengingatkannya. Tukang tegur
inilah yang diperankan oleh pers.
Perlu
diketahui bahwa supir BBAT ini bukanlah supir sembarangan atau supir tembak. Ia
adalah supir terbaik yang terpilih secara demokratis, memiliki integritas dan kapabilitas
sebagai supir BBAT sebagaimana yang dipersyaratkan. Satu hal yang pasti bahwa
supir tersebut memang dikehendaki oleh penumpang, dan penumpang menaruh harapan
besar bahwa supir akan mengantarkannya ke tempat tujuan yang pasti dengan aman
dan tepat waktu.
Supir
telah menetapkan rute-rute (RPJP dan
RPJM) yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Sebelum berangkat supir telah
mempersiapkan masinisnya, pembantu (knek)nya yang memastikan bahwa kendaraan
yang akan dijalankan sudah layak jalan. Perhatian ! Jika ada penumpang yang
tidak setuju dengan arah yang akan dituju, berarti mereka sebenarnya salah naik
Bus. Ini Bus Republik Indonesia, Bung ! Agar BBAT yang dikendarai supir dapat
berjalan lancar melintasi jalan, maka pera penumpang diharapkan duduk dengan tenang, sesuai dengan nomor
kursi yang telah ditentukan.
Pers
sebagai tukang tegur harus mengetahui rute-rute yang dilalui, hambatan-hambatan
yang mungkin ada diperjalanan, serta mendengar keluhan-keluhan penumpang selama
dalam perjalanan. Oleh karena itu pers harus banyak berhubungan dengan supir
dan pembantu-pembantunya tentang kondisi di perjalanan, sehingga pers dapat
menjelaskan kepada penumpang situasi dan kondisi jalan yang dilalui. Pers juga
harus banyak mendengar keluhan-keluhan penumpang, agar pers dapat menyampaikan
keluhan tersebut kepada supir, barangkali agar supir mengurangi kecepatan pada
tikungan-tikungan yang tajam, atau berhenti sejenak di rest area untuk
membicarakan kemungkinan cuaca buruk di perjalanan.
Sebagai
tukang tegur, peran pers tentu saja tidak kalah pentingnya dengan supir itu
sendiri. Pers harus bisa memastikan kepada penumpang lainnya bahwa arah dan
rute yang dilalui sudah sesuai dengan rencana dan penumpang akan tiba ditujuan
dengan selamat. Sebagai tukang tegur, pers diharapkan menyampaikan tegurannya
dengan cara yang tepat agar teguran tersebut sampai kepada supir sebagai sebuah
teguran yang semestinya. Teguran tentu disampaikan tidak dengan suara yang soft
(lembut) karena kemungkinan suara teguran tidak terdengar karena deru mesin,
tetapi teguran juga tidak perlu terlalu keras yang bisa mengagetkan supir dan
membuat panik penumpang. Jika perlu juru tegur mendekati pembantu supir dan
menyampaikan tegurannya untuk diteruskan kepada supir, dengan demikian supir
tetap bisa berkonsentrasi penuh mengendalikan kendaraan republik ini.
Supir
yang handal tentu akan menambah kecepatan di atas jalan bebas hambatan, dan
bisa tiba-tiba melambat karena jalan di hadapannya berliku dan berlubang. Wajar
jika penumpang bertanya-tanya mengapa supir ini tiba-tiba menjadi lelet karena
ia tidak tahu kondisi jalan yang dihadapi supir. Supir melalui pembantunya
menyampaikan kepada juru tegur tentang kondisi jalan yang menyebabkan kendaraan
melambat. Juru tegur kemudian menyampaikan kepada penumpang agar penumpang
tidak menduga-duga yang tidak beres pada supir.
Sebagai
tukang tegur, pers memang dituntut banyak berbicara. Pers tentu tidak
diharapkan berbicara sekedarnya, tetapi berbicara semestinya akan hal-hal yang
mesti dibicarakan. Menegur hal-hal yang mesti ditegur. Tetapi sebagai tukang
tegur, jangan pula menegur hal-hal yang tidak patut ditegur, menegur hal-hal
yang sudah benar dilakukan oleh supir. Kebanyakan tegur, malah akan mengganggu
kenyamanan penumpang. Ingatlah bahwa tukang tegur juga adalah penumpang yang
mempunyai hak yang sama untuk merasa tenang, nyaman, dan pasti tiba pada tujuan
yang dituju.
Kita tentu tidak
berharap penumpang lain akan menegur si tukang tegur, “Menegur sih menegur,
tapi jangan berisik dong..!”
0 komentar:
Posting Komentar