PERS DAN ETIKA TEGUR

Selasa, 05 November 2013



Kalau saja republik tercinta ini diibaratkan sebagai sebuah Bus Besar Antar Tujuan (BBAT) yang mengantarkan semua penumpangnya ke satu titik tuju yang sama, maka supirnya adalah pemerintah dan penumpangnya adalah seluruh rakyat Indonesia yang bhinneka tunggal ika. Jika supir mulai lengah, mengantuk, tidak awas dan menjalankan kendaraan diluar batas kecepatan yang wajar serta ugal-ugalan, maka harus ada diantara penumpang yang menegur untuk mengingatkannya. Tukang tegur inilah yang diperankan oleh pers.

Perlu diketahui bahwa supir BBAT ini bukanlah supir sembarangan atau supir tembak. Ia adalah supir terbaik yang terpilih secara demokratis, memiliki integritas dan kapabilitas sebagai supir BBAT sebagaimana yang dipersyaratkan. Satu hal yang pasti bahwa supir tersebut memang dikehendaki oleh penumpang, dan penumpang menaruh harapan besar bahwa supir akan mengantarkannya ke tempat tujuan yang pasti dengan aman dan tepat waktu. 

Supir telah menetapkan  rute-rute (RPJP dan RPJM) yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Sebelum berangkat supir telah mempersiapkan masinisnya, pembantu (knek)nya yang memastikan bahwa kendaraan yang akan dijalankan sudah layak jalan. Perhatian ! Jika ada penumpang yang tidak setuju dengan arah yang akan dituju, berarti mereka sebenarnya salah naik Bus. Ini Bus Republik Indonesia, Bung ! Agar BBAT yang dikendarai supir dapat berjalan lancar melintasi jalan, maka pera penumpang diharapkan  duduk dengan tenang, sesuai dengan nomor kursi yang telah ditentukan.

Pers sebagai tukang tegur harus mengetahui rute-rute yang dilalui, hambatan-hambatan yang mungkin ada diperjalanan, serta mendengar keluhan-keluhan penumpang selama dalam perjalanan. Oleh karena itu pers harus banyak berhubungan dengan supir dan pembantu-pembantunya tentang kondisi di perjalanan, sehingga pers dapat menjelaskan kepada penumpang situasi dan kondisi jalan yang dilalui. Pers juga harus banyak mendengar keluhan-keluhan penumpang, agar pers dapat menyampaikan keluhan tersebut kepada supir, barangkali agar supir mengurangi kecepatan pada tikungan-tikungan yang tajam, atau berhenti sejenak di rest area untuk membicarakan kemungkinan cuaca buruk di perjalanan.

Sebagai tukang tegur, peran pers tentu saja tidak kalah pentingnya dengan supir itu sendiri. Pers harus bisa memastikan kepada penumpang lainnya bahwa arah dan rute yang dilalui sudah sesuai dengan rencana dan penumpang akan tiba ditujuan dengan selamat. Sebagai tukang tegur, pers diharapkan menyampaikan tegurannya dengan cara yang tepat agar teguran tersebut sampai kepada supir sebagai sebuah teguran yang semestinya. Teguran tentu disampaikan tidak dengan suara yang soft (lembut) karena kemungkinan suara teguran tidak terdengar karena deru mesin, tetapi teguran juga tidak perlu terlalu keras yang bisa mengagetkan supir dan membuat panik penumpang. Jika perlu juru tegur mendekati pembantu supir dan menyampaikan tegurannya untuk diteruskan kepada supir, dengan demikian supir tetap bisa berkonsentrasi penuh mengendalikan kendaraan republik ini.

Supir yang handal tentu akan menambah kecepatan di atas jalan bebas hambatan, dan bisa tiba-tiba melambat karena jalan di hadapannya berliku dan berlubang. Wajar jika penumpang bertanya-tanya mengapa supir ini tiba-tiba menjadi lelet karena ia tidak tahu kondisi jalan yang dihadapi supir. Supir melalui pembantunya menyampaikan kepada juru tegur tentang kondisi jalan yang menyebabkan kendaraan melambat. Juru tegur kemudian menyampaikan kepada penumpang agar penumpang tidak menduga-duga yang tidak beres pada supir.

Sebagai tukang tegur, pers memang dituntut banyak berbicara. Pers tentu tidak diharapkan berbicara sekedarnya, tetapi berbicara semestinya akan hal-hal yang mesti dibicarakan. Menegur hal-hal yang mesti ditegur. Tetapi sebagai tukang tegur, jangan pula menegur hal-hal yang tidak patut ditegur, menegur hal-hal yang sudah benar dilakukan oleh supir. Kebanyakan tegur, malah akan mengganggu kenyamanan penumpang. Ingatlah bahwa tukang tegur juga adalah penumpang yang mempunyai hak yang sama untuk merasa tenang, nyaman, dan pasti tiba pada tujuan yang dituju.
Kita tentu tidak berharap penumpang lain akan menegur si tukang tegur, “Menegur sih menegur, tapi jangan berisik dong..!”

0 komentar:

Posting Komentar