Seorang
pemuda dengan hikmat membacakan naskah sumpah pemuda di hadapan para pemuda dan
sebahagian besar orang tua dalam suatu upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 2013.
Kami Putra dan Putri Indonesia
mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia
mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami Purta dan Putri Indonesia
mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia
Pemuda itu tiba-tiba menggigil, keringat
dingin mengucur deras dari pori-porinya. Suara berat dari arwah para pendahulu
memenuhi gendang telinganya.
Pada masa itu Indonesia belum lagi
lahir, tetapi perjuangan ke arah kemerdekaan telah kami lakukan. Kami tahu
perjuangan itu akan sulit karena kami harus merombak mental rendah diri kaum
inlander dan pasrah akan nasib bangsa menjadi perintis dan pendobrak. Bayangkan
anak muda, bagaimana bangsa ini harus dibangun untuk mewadahi begitu luasnya wilayah
nusantara, bagaimana mempersatukan demikian banyak suku bangsa dan ras untuk
berbesar hati mengorbankan pemikiran kesukuannya guna membangun sebuah bangsa
bersama, bagaimana mempersatukan sekian banyak bahasa dan dialog yang tersebar
di wilayah nusantara untuk sama-sama bersedia mengakui bahasa Indonesia sebagai
satu-satunya bahasa pemersatu bangsa. Dengan visi inilah Sumpah Pemuda kami
ikrarkan dalam suatu kongres pemuda-pemuda Indonesia.
Dengan sumpah pemuda itulah kami
mengawal segala persiapan untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kami harus tetap mengawal perjuangan kemerdekaan agar tidak terpecah-pecah
menjadi negara-negara bagian atau negara boneka negara lain. Kami berpegang
teguh pada sumpah tersebut hingga akhirnya kemerdekaan Indonesia diproklamirkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 berlandaskan roh dari sumpah pemuda itu. Sumpah
pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itu sudah selesai. Sumpah kami itu telah kami
wujudkan. Kalaupun setelahnya diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, itu semata-mata
untuk mengenang momentum sejarah yang luar biasa itu dan juga untuk memastikan
bahwa Indonesia tetap berpegang teguh pada satu tanah air, satu bangsa, dan
satu bahasa.
Hai
anak muda. Aku tidak bermaksud menegurmu dengan mengucapkan naskah sumpah
pemuda itu. Aku hanya mau mengingatkan kalian generasi muda bahwa sumpah itu
adalah sumpah kami yang sekarang mungkin telah menjadi almarhum dan hanya
kalian kenang di makam-makam pahlawan. Aku hanya ingin bertanya apakah engkau
punya sumpah terhadap bangsamu. Apakah kalian anak muda telah memiliki visi
yang jelas dan tegas dimana kalian bersumpah akan mewujudkannya ? Mungkin kini
saatnya ananda, engkau pikirkan apa yang harus engkau lakukan terhadap bangsamu
dan bangunlah tekad itu dalam suatu sumpah setia.
Sumpah
kami telah selesai.
Kini saatnya kalian yang bersumpah.
akan dibawa kemana
bangsa Indonesia ini.
Bung Komar
30 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar