ITU SUMPAHKU. MANA SUMPAHMU

Kamis, 07 November 2013



Seorang pemuda dengan hikmat membacakan naskah sumpah pemuda di hadapan para pemuda dan sebahagian besar orang tua dalam suatu upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 2013.

Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami Purta dan Putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia
        Pemuda itu tiba-tiba menggigil, keringat dingin mengucur deras dari pori-porinya. Suara berat dari arwah para pendahulu memenuhi gendang telinganya.

Hai anak muda..! dari rahim manapun kau dilahirkan, kau tetaplah anak cucu kami. Semata-mata karena berpikir tentang kalian dan generasi seterusnyalah kami bertekad melahirkan sumpah seperti yang kau bacakan. Itu adalah sumpahku, bukan sumpahmu. Yang kau bacakan itu adalah sungguh-sungguh sumpah kami, bukan bacaan-bacaan sumpah seperti yang kau peragakan.

Pada masa itu Indonesia belum lagi lahir, tetapi perjuangan ke arah kemerdekaan telah kami lakukan. Kami tahu perjuangan itu akan sulit karena kami harus merombak mental rendah diri kaum inlander dan pasrah akan nasib bangsa menjadi perintis dan pendobrak. Bayangkan anak muda, bagaimana bangsa ini harus dibangun untuk mewadahi begitu luasnya wilayah nusantara, bagaimana mempersatukan demikian banyak suku bangsa dan ras untuk berbesar hati mengorbankan pemikiran kesukuannya guna membangun sebuah bangsa bersama, bagaimana mempersatukan sekian banyak bahasa dan dialog yang tersebar di wilayah nusantara untuk sama-sama bersedia mengakui bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pemersatu bangsa. Dengan visi inilah Sumpah Pemuda kami ikrarkan dalam suatu kongres pemuda-pemuda Indonesia.
        
Dengan sumpah pemuda itulah kami mengawal segala persiapan untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kami harus tetap mengawal perjuangan kemerdekaan agar tidak terpecah-pecah menjadi negara-negara bagian atau negara boneka negara lain. Kami berpegang teguh pada sumpah tersebut hingga akhirnya kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 berlandaskan roh dari sumpah pemuda itu. Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itu sudah selesai. Sumpah kami itu telah kami wujudkan. Kalaupun setelahnya diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, itu semata-mata untuk mengenang momentum sejarah yang luar biasa itu dan juga untuk memastikan bahwa Indonesia tetap berpegang teguh pada satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Hai anak muda. Aku tidak bermaksud menegurmu dengan mengucapkan naskah sumpah pemuda itu. Aku hanya mau mengingatkan kalian generasi muda bahwa sumpah itu adalah sumpah kami yang sekarang mungkin telah menjadi almarhum dan hanya kalian kenang di makam-makam pahlawan. Aku hanya ingin bertanya apakah engkau punya sumpah terhadap bangsamu. Apakah kalian anak muda telah memiliki visi yang jelas dan tegas dimana kalian bersumpah akan mewujudkannya ? Mungkin kini saatnya ananda, engkau pikirkan apa yang harus engkau lakukan terhadap bangsamu dan bangunlah tekad itu dalam suatu sumpah setia.

Sumpah kami telah selesai. 
Kini saatnya kalian yang bersumpah. 
akan dibawa kemana bangsa Indonesia ini.

Bung Komar
30 Oktober 2013

0 komentar:

Posting Komentar