“Kringgggg”
Telepon tersambung. Dari ujung sana
mengalun perih sebuah lagu dari kesilaman yang entah. Tak ada iringan
musik band, hanya ada petikan getir dan suara gerimis di luar seolah
mengantar dan mengiringi nada dan lirik kepedihan.
“Pernah
ada rasa cinta/ Antara kita kini tinggal kenangan/ Ingin kulupakan
Semua tentang dirimu/ Namun tak lagi yang seperti dirimu oh bintangku./
Jauh kau pergi Meninggalkan diriku/ Di sini aku merindukan dirimu/ Ingin
kucoba mencari penggantimu/ Namun tak lagi yang seperti dirimu oh
kekasih.”
Telepon terputus, dan aku terdiam kaku seolah
tidak menyadari tengah berada di rimba mana. Lagu itu terasa amat
mistis, datang dari kegelapan kabut senja meniti kisah lewat gerimis.
Petir menyambar dan semua yang berada dalam pandangan mataku hanyalah
warna putih yang pucat. Ada rasa takut yang menjalari tubuhku dan rasa
sesal mengapa aku harus menelepon sebuah nomor yang diberikan oleh
seorang wanita lewat inbox di Facebook.
“Hai…! Masih betah di Pelataran Sunyi”
“Ya, harus betah. Hanya ini akun yang aku punya” aku menjawab inbox-nya dengan datar saja.
“Aku akan selalu mengenalmu, walau kau bertopeng sekalipun.”
“Pelataran
Sunyi itulah nama penaku, bahkan sebelum berkecimpung di Facebook, aku
sudah mempergunakan nama itu. Syukurlah kalau kamu sudah mengenalnya,
dengan demikian kita akan lebih nyaman sharing berbagai persoalan.”
Jawabku agak serius.
“Setahun yang lalu kita bertemu dan
hati ini selalu bersamamu. Aku tidak dapat mendustai perasaanku. Hanya
kamu, kamu, dan kamu saja yang selalu aku kangeni.”
Aku
merasa tidak pernah bertemu dengan teman FB siapapun apalagi wanita,
kecuali saudara, sahabat dan teman kuliah yang sudah aku kenal
sebelumnya. Jadi aku pikir wanita ini tengah chatting dengan beberapa
teman dan salah mengirimkan pesannya padaku, “kamu pasti salah kirim.”
“Ingat
janji kita setahun yang lalu. Kau tentu masih ingat, Kang. Di atas truk
tentara kita habiskan waktu bersama, bersenda gurau, berkasih dan
bermanja, berjalan mengelilingi kota Bandung. Itu masa yang tidak bisa
hilang dari ingatanku.”
Aku merasa wanita di seberang ini
sedang chatting dengan kekasihnya, tetapi salah mengirimkan pesannya.
Atau mungkin nama akunku sama dengan nama akun kekasihnya. Aku merasa
perlu meluruskan sebelum ia berbicara banyak, “Kamu salah mengirim
pesan. Aku, Pelataran Sunyi dan belum pernah bertemu denganmu. Periksa
kembali chatt boxmu,” pintaku.
“Begitu cepat kau melupakan
semua hal tentang kita. Sementara aku tidak sedetikpun melupakanmu. Kau
adalah jawaraku. Sudah kucoba berteman dengan yang lain tetapi hanya
kau saja yang ada di hatiku” ia terus menulis tidak pedulikan
kebingunganku.
“Sebutlah satu nama agar aku mengingat siapa diriku,” kataku mencoba mengungkapkan siapa sebenarnya kekasih yang dia maksud.
“Tidak
peduli kau itu Pelataran Sunyi, Penyair bersiku, Senandung Angin, Sang
Bintang, atau nama apapun yang kau pakai, aku hanya mengenalmu sebagai
jawaraku. Tidak peduli bagaimana bentukmu dan siapa namamu. Aku
merasakan, KAU,”
Aku mulai jengkel dengan teka-teki ini
tetapi juga tidak tega berkata kasar atau memutuskan percakapan. “SEBUT
SATU NAMA. AKU INI SIAPA MENURUTMU ?” mulai menunjukan rasa kesalku
dengan menuliskan huruf kapital.
“Kau adalah jawaraku,
Hanya kau yang bisa menaklukkan dan memiliki hatiku. Hari ini genap
setahun engkau menghilang dariku. Saat itu kita menghabiskan malam di
hari kasih sayang. Kita mencurahkan semua rasa, aku berikan semua yang
patut aku berikan dan kita larut dalam percintaan yang takkan terlupa
seumur hidupku. Apakah semua keindahan itu kau lupakan ?”
“Baiklah.
Aku menunggumu, walaupun aku tidak tahu siapa diriku di matamu.
Temuilah aku..!” kataku memberi kesan membuka diri agar semua menjadi
jelas kemana arah permainan yang diinginkan oleh wanita di seberang
sana. Aku berpikir bahwa dia sedang membangun sebuah ceritera dan
menggali inspirasi dari percakapan inbox. “Sebenarnya, apa yang sedang
kamu lakukan?”
“Aku sedang menangis, dan itu karena kamu.
Dimana aku harus menemuimu ? Di langitkah ? dalam angan-angankah ?
Setahun kau seperti di telan bumi”
“Kita tidak saling
mengenal secara personal, tidak pernah bertemu. Berikan no HP mu agar
aku menghubungimu dan semua menjadi jelas.” Kemudian dengan tangan agak
bergetar menekan delapan digit angka pada tuts handphoneku. Terdengar
nada dering lagu, “Tinggal Kenangan” mengalun menyayat. Dengan sabar dan
perasaan agak aneh aku menunggu suara dari ujung sana, tetapi hingga
nada dering berakhir yang aku dapatkan hanya suara telepon yang
terputus.
Aku periksa kembali nomor yang kuhubungi,
mencocokkan dengan nomor yang dia berikan lewat inbox, nomornya benar.
Aku menghubunginya kembali, tetapi hanya mendapat jawaban, “Nomor yang
anda tuju tidak dapat dihubungi.” Aku menghubungi berkali-kali dan tetap
mendapatkan jawaban yang sama dari operator.
Kutatap kembali
percakapan chatting, tetapi percakapan itu sudah tidak ada, padahal aku
merasa tidak pernah menghapusnya. Kalaupun dia yang menghapus percakapan
kami tadi, tentu percakapan di akunku masih ada. Aku semakin tidak
mengerti dan berusaha mencari jawaban dengan masuk mengintip ke
dindingnya.
Di beranda akunya aku membaca status terakhirnya tertanggal 14 Februari 2011, tepat setahun yang lalu.
“Tahun
lalu engkau pergi meninggalkanku setelah semua yang ada padaku
kuserahkan padamu dengan segenap cinta. Kini saatnya untuk menyusulmu.
Mungkin cinta kita tempatnya bukan di bumi ini.”
Tadi, dengan siapa aku chatting ????????????????
Jakarta, 5 Maret 2013
Dalam Catatan Facebook Bungko Dewa
Banyak rahasia yang tersembunyi di Langit. Untuk mengenalnya, dekatkan diri pada Illahi agar tirai ilmu terurai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Poll
Total Pageviews
Categories
- artikel (10)
- Bung Safety (1)
- Catatan (23)
- Cerpen (3)
- essay (27)
- Kenakalan Kreatif (4)
- Monolog (2)
- Perjalanan (5)
- Pidato (4)
- PUISI (33)
- Resensi (5)
- Serial Kecelakaan Transportasi (8)
- Suma menagih tuhan (14)
- Surat-Surat (9)
Popular Posts
-
Bismillahir Rahmanir Rahim Assalamu Alaikum Wr.Wb. 1. Syukur kita panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan se...
-
Assalamu Alaikum Wr. Wb. Selamat datang teman teman semua. Terimakasih telah menyempatkan waktu di tengah kesibukan kita masing...
-
Pada Hari Rabu, 27 Februari 2013 sekitar pukul 07.30 WIB sebuah mobil Nissan, Bus Pariwisata PO.Mustika Mega Utama dengan flat kuning b...
-
Dalam kesempatan dinas mengunjungi ibukota Provinsi Sulawesi Utara, Manado, aku sudah disuguhi pengalaman yang seperti wajib untuk dibagi...
-
Assalamu Alaikum Wr.Wb. Semua di antara kita pernah diam, tetapi kita tak pernah memperhatikan atau mencatat “diam” sebagai bagia...
-
Sebulan sebelum pernikahan putra pertamaku, aku mendengar istri, anak dan calon menantuku tengah berdiskusi hangat tentang souv...
-
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM ASALAMU ALAIKUM WR. WB. Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan...
-
Namanya, RR. Sri Wahyu Handayani, biasa disapa dengan panggilan akrab, Yenny. Kecantikannya tidak diragukan, kulitnya putih, ramb...
-
Kenali perbatasan negaramu, maka kau akan mengenali bentuk, situasi dan keadaan beranda terdepan negaramu. Siapapun yang melintasi perb...
-
Sembilan tahun tulisan ini kuendapkan Tak ada niat sekalipun untuk mempublikasikannya, karena setiap alinea tulisan ini kulalui deng...
Mengenai Saya
Diberdayakan oleh Blogger.
Labels
- artikel (10)
- Bung Safety (1)
- Catatan (23)
- Cerpen (3)
- essay (27)
- Kenakalan Kreatif (4)
- Monolog (2)
- Perjalanan (5)
- Pidato (4)
- PUISI (33)
- Resensi (5)
- Serial Kecelakaan Transportasi (8)
- Suma menagih tuhan (14)
- Surat-Surat (9)
Blog Archive
-
▼
2013
(43)
-
▼
November
(19)
- Perubahan Yang Habis Dalam Kata-Kata
- WAKTU TAK MEMBILANG
- ORGANISASI PAPUA MERDEKA. DARI HARGA MATI KE KATA ...
- MENGGENGGAM SATU
- Tanah Makam, Tanah Siapa
- KAUKAH ITU ?
- IRAMA HATI
- I LOVE YOU
- KABUT MEMBAWA GERIMIS
- NEGERI YANG HILANG
- ITU SUMPAHKU. MANA SUMPAHMU
- BERBAGI MALAM
- SURAT TERBUKA UNTUK SANG CINTA
- CHATTING ITU TAK PERNAH ADA
- PERS DAN ETIKA TEGUR
- MUTIARA DALAM LUMPUR (HUKUM)
- DARI COBLOS KE CONTRENG
- SALING
- AKU PALSU KARENA KAU ASLI
-
▼
November
(19)
0 komentar:
Posting Komentar