Perubahan Yang Habis Dalam Kata-Kata

Rabu, 27 November 2013

Muhammad Azhar
Di Nabire

Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Delapan tahun yang lalu ketika anda memutuskan untuk hijrah ke Tanah Papua dan akhirnya bermukim di Nabire, tentu niatmu untuk melakukan perubahan hidup, merubah hidupmu lebih baik dan sekaligus merubah kehidupan keluargamu. Tidak seorangpun yang paham dengan niatmu. Semua menganggap kau hanya pergi merantau karena di tempat asalmu begitu sulit mendapatkan pekerjaan. Alhamdulillah sekarang semua itu telah kau capai karena kau bertekad melakukannnya.

Azhar !
Semua manusia merindukan dan menginginkan perubahan dengan asumsi bahwa perubahan adalah sikap dan tindakan menuju ke arah perbaikan, bahasa langitnya, hijrah. Perubahan adalah cita-cita yang harus kita raih melalui kerja nyata tahap demi tahap. Perubahan adalah mimpi yang jika kita terbangun telah tersusun rencana untuk mewujudkannya.

Namun. Hari-hari kemarin, kini, dan hingga masa tenang pemilu 2009, perubahan telah menjadi iklan politik, menjadi jargon, menjadi barang jualan yang coba ditawarkan pada rakyat, menjadi alat tawar menawar dengan konstituen. Perubahan menjelma menjadi warna-warni diatas kanvas, pamflet, spanduk, selebaran, baliho yang mengotori tiang-tiang listrik, menutupi rindangnya pohon-pohon pelindung, menutupi pembatas jembatan dan jalan dan menjejali halaman-halaman rumah. Bagitu banyak kata-kata yang terhambur di jalan, baik kata-kata yang dikatakan sampai pada kata-kata yang dikata-katai, tetapi semuanya bermakna janji untuk perubahan.

Azhar !
Para politikus dan calon politikus itu sesungguhnya ingin mengubah nasib mereka secara finansial menjadi lebih baik, meninggikan status sosial mereka tapi yang keluar dari mulut mereka adalah janji ingin merubah nasib rakyat. Tidak satupun caleg yang mau bersikap jujur dengan keinginan mereka sesungguhnya. Mereka menyembunyikan target, ambisi dan obsesi mereka dibalik janji-janji perubahan. Lihatlah bagaimana mereka memotret kemiskinan dan berjanji akan mengubah para gelandangan menjadi jutawan. Lihatlah bagaimana mereka memotret pengangguran dan berjanji akan menciptakan lapangan kerja yang barangkali bukan untuk mempekerjakan orang yang mereka potret. Lihat pula bagaimana mereka mendiskripsikan kesenjangan padahal antara dirinya dengan audiens nyata-nyata senjang.

Azhar !
Aku tahu anda senang mencatat janji-janji para calon legislatif tapi bukan untuk menagihnya atau mengingatkannya. Bagaimana mungkin mengingatkan dan menagihnya, karena begitu ia duduk di senayan maka tertutuplah akses rakyat pada dirinya. Kemana rakyat akan menagih perubahan yang mereka janjikan dengan mulut berbusa di depan mimbar umum ?

Ketika rekan-rekannya di Senayan dengan seloroh mengingatkan, ”hai kawan ! sudah sejauhmana perubahan yang kau janjikan pada rakyat waktu kampanye?”

Dengan enteng sambil menandatangani fasilitas yang diberikan negara, ia berkata, ”samalah dengan Abang. Perubahan itu sudah habis dalam kata-kata pada setiap spanduk dan orasi di panggung-panggung terbuka.”

”lalu..... ?”
”Mana ada lagi yang tersisa untuk dibuktikan.”
”lalu .....?”
”kau pikirlah. Kira-kira janji apalagi yang harus kita buat 5 tahun mendatang.”

Azhar !
Tetaplah simpan catatan janji-janji para caleg agar kau dapat mengingatkan masyarakat tentang siapa dan bagaimana mereka.

Tanjung Priok, 20 Maret 2009
Hormat,
Bung Komar

WAKTU TAK MEMBILANG

Senin, 25 November 2013
Secepat itu ?
Tidak
Hanya begitu ?
Tidak juga.
Hanya delapan belas bulan ?
Bukan.
Berbulan bulan ?
Juga bukan.
bertahun-tahun ?
Tidak.
Selamanya ?
Tidak juga.
Jadiiiiiiiiiiii ?
Waktu tak membilangnya.

Permata Banda
15/16.Nov.2013

ORGANISASI PAPUA MERDEKA. DARI HARGA MATI KE KATA MATI

Kamis, 21 November 2013

Mantan tokoh sekaligus pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM), Nicolaas Jouwe akan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Kembalinya Nicolaas Jaouwe ke Indonesia bukanlah rencana  yang tiba-tiba, melainkan bagian dari serangkaian usaha pemerintah RI untuk membangun perdamaian di Tanah Papua seperti perdamaian yang telah dicapai antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka.

Nicolaas Jouwe adalah figur central dibalik gerakan Organisasi Papua Merdeka. Nicolaas pulalah yang membuat bendera Bintang Kejora yang pertama kali dikibarkan pada tanggal 1 Desember 1961. Momentum inilah yang selalu diklaim pemimpin Papua bahwa negara Papua pernah ada namun dirampok oleh konspirasi internasional, Indonesia, Amerika dan Belanda. Inilah yang terus diperjuangkan oleh Nicolaas agar hak-hak orang Papua untuk menentukan nasib sendiri sebagai bangsa yang merdeka di hormati.

Seiring perjalanan waktu dan perjuangan yang tampak sia-sia, serta melihat kenyataan bahwa orang-orang Papua jauh tertinggal baik dalam pendidikan dan kemajuan secara ekonomi serta semakin merajalelanya korupsi yang semakin memiskinkan rakyat Papua. Nicolaas kemudian menyadari bahwa setelah duapertiga negara anggota dalam Sidang Umum PBB menerima hasil Pepera 1969, yang berarti suka atau tidak suka, bangsa Papua telah menjadi bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah melihat perubahan kebijakan pemerintah pusat terhadap Papua dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai selama ini, maka dengan keyakinan yang mantap Nicolaas Jouwe memenuhi undang Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tanggal 17 Maret 2009 keluarga Nicolaas Jouwe kembali ke papua setelah kurang lebih 50 tahun bermukim di Belanda. Sebelum kembali ke Belanda Nicolaas menyempatkan diri beraudiensi dengan SBY di Jakarta.

Kembalinya Nicolaas kali ini merupakan hasil kerjasama antara kelompok independen pendukung keutuhan Papua dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Independent Group Supporting The Autonomous Region of Papua with The Republic of Indonesia) dengan pemerintah Indonesia. Dalam kesempatan bertemu dengan  Menko Kesra Agung Laksono (senin, 25 Januari 2010), Nicolaas yang didampingi oleh Dubes Indonesia untuk Kerajaan Belanda JE Habibie menyampaikan beberapa pokok pikirannya tentang masa depan Papua yang nantinya akan disampaikan kepada Bapak Presiden SBY.

Nicolaas menegaskan agar status kewarganegaraannya dapat dipercepat, karena saya ingin membantu mendatangkan masa depan yang lebih baik bagi Papua, yaitu bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Indonesia. Lebih lanjutnya Nicolaas menuturkan, OPM sebenarnya suatu kata mati yang tidak punya arti apa-apa. Namun karena selalu digembar gemborkan, sehingga seolah-olah organisasi itu masih eksis, dan terkesan menjadi simbol perjuangan orang Papua.

Kita tentu berharap banyak bahwa OPM yang selama ini didengungkan oleh pendukung dan simpatisan sebagai harga mati, sungguh-sungguh berubah menjadi kata mati sehingga dengan kehadiran Nicolaas di Papua akan sangat membantu kemajuan masyarakat Papua dan tegaknya integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selamat datang Nicolaas Jouwe. Jika selama 40 tahun lebih ibu pertiwi menangis karena pemikiranmu untuk keluar meninggalkannya, sekarang ibu pertiwi menangis terharu karena engkau telah kembali ke pangkuannya. Kehadiranmu kembali di Tanah Papua tentu akan menegaskan pada dunia bahwa secara politik dan moral engkau telah menerima Papua sebagai bagian integral NKRI. (Bung Komar, 27 januari 2010)



MENGGENGGAM SATU

Selasa, 19 November 2013

Aku mau ikuti seruanmu
"Mari kita Bersatu..!"

Bukan disatukan
dalam kesatuanmu.
Bukan disatukan,
dan kau satu-satunya penyatu.
Bukan menjadi satu dalam dirimu,
dan aku menjadi serpihannya.
Bukan satu-satunya
dan yang lain menjadi lain

Aku mau bersatu
jika kau satu
dan aku satu
bukan kau satu-satunya

Aku mau bersatu
Jika kau satu
dan aku satu
Menggenggam satu,
INDONESIA

Bung Komar. 20/11/2013

Tanah Makam, Tanah Siapa

Minggu, 17 November 2013
Dipetakan
dipetakkan
digali, ditimbun
dinisankan
dionggokkan
dibungakan
disirami

bersimpuh
lalu pergi
Ada saat kau datang
lalu pergi lagi
saat lain mereka datang
pada tanah siapa ?

KAUKAH ITU ?

Kamis, 14 November 2013
Tiba-tiba hadir wajah
menepuk dari kesilaman

Ce....!
kaukah...... ?
Sungguh....kaukah ?
rasa itu hadir lagi


Ce....!
Mentari kian meninggi
dan kini di pelataran senja
Senjamu...senjaku sama jingganya
kau dengan bintangmu
aku dengan rembulanku

Ce.....!
Sebelum jingga tergelincir
mendengkur dalam gulita
Ingin aku menggenggam jemarimu
hanya untuk mengatakan aku ada.

IRAMA HATI

Rabu, 13 November 2013
Menyepilah...!
Bersunyilah...!
Diam sejenak
Pejamkan mata
Rasakan gerak hati
Resapi iramanya
Bacalah kehendaknya.

Kini...mulailah...!
Mendengar dengan telinga hati
Melihat dengan mata hati
Berkata dengan bahasa hati
Bertindak dengan hati
Bersikap hati-hati
menghadapi godaan dunia 

Jagalah hati
Agar tak tersakiti
Agar tak menyakiti

Agar hidup  berarti
Sesuai tuntunan Ilahi


I LOVE YOU

Minggu, 10 November 2013
Siapapun dapat membacanya                 
Tetapi tidak semua orang dapat menuliskannya
Siapun bisa mendengarnya
Tetapi tidak semua orang dapat mengucapkannya

I love you artinya aku mencintaimu
Tetapi entah mengapa rasa bahasa keduanya berbeda
Mengucapkan “I love You” Jauh lebih berjiwa
dibandingkan mengucapkan “Aku Cinta Padamu”

I Love You
Adalah rangkaian aksara yang bermakna
Tetapi ia bukan sekedar aksara
Sejatinya ia adalah bahasa hati

Seorang wanita belum percaya dirinya dicintai
Sebelum di telinganya disenandungkan lafal
I Love you
Masalahnya kemudian wanita jarang dapat membedakan
Mana I love you sebagai rangkaian aksara
Dan mana I love you sebagai bahasa hati

Lelaki sangat memahami
Bahwa wanita mencintai lewat telinganya
Maka kepada telinga
lelaki mendendangkan aksara cinta
dan wanita mulai mabuk kasmaran

Ketahuilah
I Love you bukan sekedar aksara
yang meluncur dari letup kedua bibir
Ia adalah suara hati
Yang dapat kau baca dari bola mata
dan yang kau dengar dengan hati

Ketika “I love you” meluncur
Bacalah gerak matanya
Dan akan kau ketahui
Adakah bola mata itu menatap hatimu
Atau hanya sekedar menatap wajahmu

I Love you sebagai bahasa hati
Bukanlah aksara yang mudah diucapkan
Hanya hati yang penuh yang dapat melafalkannya
Lelaki pelacur aksara
Akan mudah membaca jawaban
Memastikan aksara I love you
Menemukan jeratnya

Karena itu,
Wanitapun harus cerdas membaca
Mana lelaki pelacur aksara
Mana lelaki yang berbicara dengan hati

Bung Komar. 
5/2/2013

KABUT MEMBAWA GERIMIS

Tak tahu bagaimana awalnya
dan akan bagaimana akhirnya
Kabut itu bergerak dan menari
tiap kali rembulan bercahaya
melantunkan kisah-kisah pekat
lalu germis turun basahi bumi

Begitulah...
Kabut menghabiskan malam
menantikan tanda hijau
tanda hadirnya cahaya rembulan
Lalu kabut kembali berkisah
tentang desir angin yang menghempaskannya
lalu germis kembali menghujan

Kabut dan gerimisnya
rembulan dan cahayanya
menghabiskan malam bersama
berceritera tentang lembayung senja

Setiap malam-malam
adalah malamnya kabut dan rembulan
Jika kabut hadir
ia mengorbit menjemput cahaya
Jika rembulan hadir
ia enggan bercahaya sebelum kabut menghampar

Awalnya
kabut menghalangi cahaya
kini
kabut menyerap cahaya
Awalnya
Rembulan mencahayai semesta
Kini
Rembulan mengikuti gerak kabut

Kabut,,,kabut,,,,kabut,,,,
nyanyikan hamparan dirimu
tarikan hasratmu
nyanyian tentang bumi dan langit
Tempat kita berpijak dan menatap

Kehidupan terus mendaki mencapai titik landas mengorbit jiwa

NEGERI YANG HILANG

Seorang cucu berceritera pada cucunya
Tentang negeri leluhurnya yang hilang.

Cucuku…….!
Selalu kuajarkan kejujuran padamu.
Tak hanya pada pekerjaanmu,
tetapi juga pada dirimu
Tak hanya secara administratif,
tetapi juga substantif.
Jadikan sebagai sifat,
agar diri dan negerimu selamat.

Kau tahu mengapa ?

Pernah ada sebuah negeri bernama Indonesia
Negeri dengan seribu pulau luas membentang
Tanah subur kaya pangan dan juga sandang
Pada perutnya menghasilkan berlaksa tambang
Negeri yang seharusnya makmur menjadi sia-sia

Aparatur negerinya korup
Polisi dan jaksa doyan suap
Rasa adil hakimpun menguap
Wakil rakyat sama…korup
Semua kejujuran linggap

Jika Atlantis hilang terbenam oleh sejarah
Negeri ini hilang terbenam karena dijarah

Cucuku……!
Jika kau ingin menemukan kembali negeri itu
Jaga diri dan bangsamu dari virus korupsi
Bentengi hidup dengan kejujuran.
Hadirkan kembali negeri leluhurmu
Sebagai negeri yang bebas dari korupsi.

Bung Komar
Tanjung Priok, 28/9/2013

ITU SUMPAHKU. MANA SUMPAHMU

Kamis, 07 November 2013



Seorang pemuda dengan hikmat membacakan naskah sumpah pemuda di hadapan para pemuda dan sebahagian besar orang tua dalam suatu upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 2013.

Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami Purta dan Putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia
        Pemuda itu tiba-tiba menggigil, keringat dingin mengucur deras dari pori-porinya. Suara berat dari arwah para pendahulu memenuhi gendang telinganya.

Hai anak muda..! dari rahim manapun kau dilahirkan, kau tetaplah anak cucu kami. Semata-mata karena berpikir tentang kalian dan generasi seterusnyalah kami bertekad melahirkan sumpah seperti yang kau bacakan. Itu adalah sumpahku, bukan sumpahmu. Yang kau bacakan itu adalah sungguh-sungguh sumpah kami, bukan bacaan-bacaan sumpah seperti yang kau peragakan.

Pada masa itu Indonesia belum lagi lahir, tetapi perjuangan ke arah kemerdekaan telah kami lakukan. Kami tahu perjuangan itu akan sulit karena kami harus merombak mental rendah diri kaum inlander dan pasrah akan nasib bangsa menjadi perintis dan pendobrak. Bayangkan anak muda, bagaimana bangsa ini harus dibangun untuk mewadahi begitu luasnya wilayah nusantara, bagaimana mempersatukan demikian banyak suku bangsa dan ras untuk berbesar hati mengorbankan pemikiran kesukuannya guna membangun sebuah bangsa bersama, bagaimana mempersatukan sekian banyak bahasa dan dialog yang tersebar di wilayah nusantara untuk sama-sama bersedia mengakui bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa pemersatu bangsa. Dengan visi inilah Sumpah Pemuda kami ikrarkan dalam suatu kongres pemuda-pemuda Indonesia.
        
Dengan sumpah pemuda itulah kami mengawal segala persiapan untuk melanjutkan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kami harus tetap mengawal perjuangan kemerdekaan agar tidak terpecah-pecah menjadi negara-negara bagian atau negara boneka negara lain. Kami berpegang teguh pada sumpah tersebut hingga akhirnya kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 berlandaskan roh dari sumpah pemuda itu. Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928 itu sudah selesai. Sumpah kami itu telah kami wujudkan. Kalaupun setelahnya diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, itu semata-mata untuk mengenang momentum sejarah yang luar biasa itu dan juga untuk memastikan bahwa Indonesia tetap berpegang teguh pada satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Hai anak muda. Aku tidak bermaksud menegurmu dengan mengucapkan naskah sumpah pemuda itu. Aku hanya mau mengingatkan kalian generasi muda bahwa sumpah itu adalah sumpah kami yang sekarang mungkin telah menjadi almarhum dan hanya kalian kenang di makam-makam pahlawan. Aku hanya ingin bertanya apakah engkau punya sumpah terhadap bangsamu. Apakah kalian anak muda telah memiliki visi yang jelas dan tegas dimana kalian bersumpah akan mewujudkannya ? Mungkin kini saatnya ananda, engkau pikirkan apa yang harus engkau lakukan terhadap bangsamu dan bangunlah tekad itu dalam suatu sumpah setia.

Sumpah kami telah selesai. 
Kini saatnya kalian yang bersumpah. 
akan dibawa kemana bangsa Indonesia ini.

Bung Komar
30 Oktober 2013

BERBAGI MALAM

 

Malam adalah dunia kita
malam adalah keleluasaan

Betapa tulusnya berbagi dalam pekat

karena kita tak tahu apa yang kita bagikan

Kita menerima dengan ikhlas

memberi dengan tulus

Mari berbagi di pekatnya malam