CERITERA DI BALIK BATU SPERMA GAJAH

Senin, 24 November 2014


Komunitas batu cincin mania tentu pernah mendengar jenis batu cincin Mani Gajah (Sperma Gajah) di samping jenis-jenis batu perhiasan yang begitu populer seperti Bacan (Doko, Palamea, dan Obi) Black Opal, ragam batu Garut, ragam Sungai Dareh. Pacitan, Bau-bau, merah siam dan ribuan jenis batu lainnya. Tahukah kita bahwa batu Sperma Gajah punya legendanya sendiri ?

Suku Anak Dalam atau suku kubu, ataupun suku anak rimba yang menetap secara nomaden di kejauhan pedalaman Provinsi Jambi adalah pemilik sah legenda keampuhan daya pikat, pesugihan sperma gajah. Keampuhan daya pikat sperma gajah ini memang tidak pernah dapat dibuktikan secara ilmiah, tetapi sebuah legenda tetaplah sebuah legenda yang hidup sebagai bagian dari pengetahuan budaya manusia.

Konon ceritera, pada zaman dahulu kala di sebuah hutan hiduplah seekor gajah jantan yang gagah, kuat, ditakuiti dan disegani oleh seluruh penghuni di dalam hutan. Suku Anak Dalam menyebutnya sebagai Gajah Tunggal. Saya sendiri merasa lebih tepat menamakannya Gajah Pejantan Tunggal, karena ia bukanlah satu-satunya gajah di hutan, tetapi ia adalah satu-satunya gajah jantan yang suka hidup menyendiri, sedangkan gajah-gajah lainnya adalah gajah betina.

Gajah Pejantan Tunggal inilah yang menjadi raja diraja di dalam hutan sehingga Sang Raja hutan, Harimaupun akan menyingkir jika berpapasan dengannya. Jika bulan mulai purnama dan sinarnya menyapu pelataran bumi, birahi Sang Gajah Pejantan Tunggal bangkit dan itulah saat ia akan mencari gajah betina untuk dikawininya. Naiknya birahi Gajah Pejantan Tunggal mengubah perilaku menjadi demikian liar namun tetap berwibawa. Ia berjalan dengan langkah yang pasti mengibas-ngibaskan belalainya menerobos rerumputan dan ilalang serta semua benda yang menghalanginya. Suara dengusannya begitu keras hingga terdengar jelas di kejauhan. Mendengar dengusan tersebut kawanan gajah segera berkumpul di tengah padang untuk menjemput kehadiran Gajah Pejantan Tunggal dengan membentuk lingkaran. Ketika Gajah Pejantan Tunggal tiba, lingkaran membuka untuk memberi ruang kepada Gajah Pejantan Tunggal masuk ke arena dan setelah masuk lingkaran kembali menutup memagari tempat perkawinan Gajah Pejantan Tunggal.

Gajah Pejantan Tunggal berkeliling mengamati gajah-gajah betina dan dengan cara menyentuhkan belalainya ia menentukan pilihan pada gajah betina yang ia sukai. Gajah betina terpilih masuk ke tengah arena dan ditempat itu Gajah Pejantan Tunggal menyetubuhi gajah betina. Menurut dukun kubu (suku kubu anak dalam) yang menyaksikan ritual itu, gajah betina mengambil posisi terlentang persis seperti hubungan seksual manusia. Setelah eksekusi, Gajah Pejantan Tunggal memeriksa spermanya yang tercecer ke tanah. Ia kemudian mengais tanah menutupi ceceran sperma seolah ingin menyembunyikan jejak perkawinannya. Setelah merasa aman, Gajah Pejantan Tunggal meninggal arena dan gajah-gajah betina yang melingkar membubarkan diri.

Setelah lapangan tempat acara sakral perkawinan itu mulai sepi, maka dengan mengendap-endap dukun kubu yang sedari tadi mengintip kejadian tersebut mencari ceceran sperma Gajah Pejantan tunggal dengan menggali kembali tanah yang menimbunnya. Kemudian tetesan sperma yang begitu cepat mengental ia taruh dalam satu wadah (semacam cawan). Sperma gajah ini kemudian diolah dengan ramuan tertentu oleh Dukun Kubu dan dijadikan sebagai Minyak Pelet Sperma Gajah dan keperluan-keperluan lain.

Adapun ritual-ritual perkawinan lain Gajah Pejantan Tunggal di tempat dan waktu yang lain, yang tidak sempat disaksikan oleh Dukun Kubu, sperma gajah tetap tertanam dalam tanah dan dalam jangka waktu yang lama mengeras dan membatu hingga membentuk kristal yang keras. Sperma gajah yang telah membatu inilah yang kemudian ditemukan oleh orang-orang sekarang dan dijadikan sebagai batu cincin. Batu cincin tersebut tentu saja tidak berfungsi sebagai pelet karena memang tidak diramu sebagai pelet. Batu cincin Sperma gajah yang dalam komunitas perbatuan lebih dikenal sebagai batu mani gajah hanyalah sebagai perhiasan yang bernilai unik dan langka.

                                               Inilah contoh bahan batu Sperma Gajah 
                                                   dan cincing yang telah mengkristal
 
Diceriterakan kembali dari berbagai sumber oleh :
Zulkomar

0 komentar:

Posting Komentar