MONOLOG HATI : CUKUP DI BERANDA......SAYANG

Jumat, 14 Maret 2014


Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu..!

Saudara-saudaraku, sahabat-sahabatkuku, kerabat dan handai taulan semua..! Teristimewa kepada teman-teman yang setia menemani keseharianku di pojok belakang, sana.

Aku tahu mengapa engkau mengambil tempat di belakang dan di pojok pula. Kalian tentu sudah tahu apa yang akan aku katakan, karena apa yang akan aku katakan seringkali telah kita obrolkan bersama di hampir semua tempat. Aku tahu, kalian hanya ingin melihat aku berdiri dan bergerak dari sini ke sana dan sebaliknya, dan tidak akan mempedulikan omonganku. Tak apa, tak mengapa, tidak menjadi masalah. Tapi kehadiran kalian dan juga semua di ruangan ini menegaskan bahwa aku tidak pernah sendiri, dan tak akan pernah sendiri.

+++

Hai…! Mengapa semua harus menengok ke belakang ?
Mereka hanyalah teman-temanku yang tidak begitu penting.
Sosok yang paling penting malam ini,
adalah aku..!.... hanya aku, dan bukan yang lain.
Jadilah akulah yang harus diperhatikan,
karena aku berada tepat di hadapan kalian.
Aku dipanggungkan untuk diperhatikan dan di dengarkan.
Jika aku tak diperhatikan atau tak didengarkan,
bukan berarti karena aku…ataupun perkataanku kurang menarik.
Melainkan kalianlah sendirilah yang mengingkari
keberadaan dan posisi kalian sebagai penonton dan pendengar.
Begini saja…!
Agar kita tak saling mengingkari keberadaan dan posisi kita,
biarkan aku berbicara sendiri
dan aku akan membiarkan telinga kalian mendengar di sana.
 
+++

Kali ini aku akan berbicara soal hati,
karena banyak yang megatakan
penduduk negeri ini sudah kehilangan hati.
Kecuali …..
manusia-manusia yang hadir di ruangan ini
dan….tentu saja mereka yang membaca tulisan ini.
Aku sangat yakin dan sangat percaya
kalian mendengar dan mengamati dengan hati.
Mengapa ?   Mengapa  ?  Mengapa ?
Karena getar suara yang sampai ke telinga kalian
adalah getar suara hati seorang Bungko Dewa.

+++

Kali ini kita kan berbicara soal hati,
Bukan soal hatimologi
Bukan soal hatiisme
Bukan pula soal terminology hati
atau ramalan hati
atau peringatan untuk berhati-hati.

Kali ini kita akan berbicara soal hati
Bukan untuk mengguruimu soal hati.
Karena setiap orang adalah guru bagi hatinya.
Kalau ada hati yang menggurui hati yang lain
itu sama artinya imprelialisme hati.
Hati menjajah hati.
Era itu sudah selesai.

Kali ini kita akan berbicara soal hati.
Jangan khawatir….! Bukan soal hati kalian.
Bukan juga soal hatimu, hai wanita bergaun mini
Melainkan hati ini sendiri
hati seorang Bungko Dewa.
Percayalah tak ada sesuatu yang tersebunyi di hati ini
walau kalian …..dan orang –orang diiii … luar sana
mengenal aku sebagai pribadi yang tertutup.

Hati ini
ibarat sebuah rumah.
Jika rumahku adalah istanaku
maka hati ini adalah istanaku.

Sebagai sebuah rumah
hatiku tentu saja berpintu
dan pintu itu selalu tertutup.
Kalau aku katakan,
“pintu hatiku telah tertutup”
Tidak otomatis menutup kehadiran yang lain.
Jika ingin masuk ke dalam hatiku
silahkan mengetuknya sambil menyeru…salam.
Kalau suaramu cukup terdengar
atau telingaku cukup mendengar
aku segera akan membukakan pintu.
Tapi itu bukan berarti kau bisa langsung masuk
karena aku masih mematung dan memegang daun pintu.
Jika aku berkenan dengan kehadiranmu
aku akan persilahkan kau duduk di beranda.
Beranda hatiku cukup lapang untuk bertukar tutur
cukup senggang berbagi ceritera
So…what gitu loh……!

Kalau kau berminat masuk ke dalam hatiku
bersabarlah untuk mengenal suasana berandanya.
Buatlah dirimu senyaman mungkin
untuk memastikan akupun cukup nyaman.

Cukuplah di beranda, sayang…!
_________
Bung Komar
Jakarta, 14/3/2014
Untuk Pesta Seni 
di Gelanggang Remaja Jakarta Utara


1 komentar:

  1. Unknown mengatakan...:

    Terimakasih untuk hatimu dan aku tau hatimu telah tertutup bagiku... selamat tinggal wahai kau yang memiliki hati.... merdekalah kau dengan hatimu... tapi ingat ada hati lain yang terluka....atau mungkin kau sengaja membuang hati itu di tempat yang tepat setimpal dengan cindra matamu yang kau buang di selokan kotor dan berbau..... kau punya hati bungko dewa...kau berhak memerdekakan hatimu... permainanmu menduduki tinggkat paling tinggi di hatiku . :)

Posting Komentar