SAAT TAK TAHU AKAN MENULIS APA TENTANGMU

Senin, 10 Februari 2014


Di bulan Februari ini banjir terjadi dimana-mana. Seolah menggenapkan bilangan banjir yang telah dimulai di bulan Januari. Hari ini, Selasa, tepat 11 Februari 2014 banjir kembali terjadi walaupun genangan air di jalan-jalan mulai kering. Banjir yang terjadi hari ini adalah banjir pujian, banjir kasih sayang, banjir ucapan selamat, banjir coklat pada mereka yang berulang tahun, yang keberapa sekalipun. Mereka yang teramat dekat ataupun yang pernah dekat, sahabat, kerabat dan kolega-kolega yang menyenangkan hati, masing-masing berlomba untuk memberikan ucapan selamat. Saya tentu saja tak mau alpa apalagi harus ketinggalan untuk mengucapkan selamat kepada yang hari ini berulang tahun. Selamat ulang tahun ya….!

Hai..engkau yang berulang tahun hari ini. Aku tak bisa memberikanmu hal-hal yang berarti, apalagi sebuah bingkisan istimewa. Sekecil apapun yang kupunya rasanya telah kubagi padamu. Jikapun tak cukup untuk mengejangkan hasrat dan  harapanmu, maafkanlah…..karena keterbatasan itu bukan kehendakku. Takdir dan nasibku memang seperti ini, dan itulah yang kujalani. Aku hanya mau mengatakan satu hal padamu bahwa engkau dilahirkan pada saat dan tanggal yang tepat. Engkau adalah manusia yang telah diberi Allah dengan sejuta kelebihan dan berlimpah talenta. Ya…karena engkau dilahirkan pada saat hampir semua negara di dunia ini mengikrarkan sebuah keputusan besar tentang bumi yang kita diami bersama dimana pada kedalamannya ada lautan yang maha luas.
 Aku teringat sebuah masa yang begitu historis. Empat puluh tiga tahun yang lalu, delapan puluh tujuh negara menandatangani Perjanjian Dasar Laut, yang melarang percobaan senjata nuklir di lautan internasional. Itulah sebabnya anak manusia yang lahir tepat pada saat perjanjian besar ini ditandatangani (11 Februari 1971) memiliki kecenderungan cinta kepada keluasan alam, keluasan samudera, birunya langit yang memantul di birunya lautan. Mereka yang terlahir tepat pada tanggal perjanjian besar tersebut juga memiliki keluasan pandangan dan keluasan pengalaman hidup. 

Sebagaimana kesehariannya, lautan selalu menyimpan ketenangan dan kedamaian sebagaimana hamparan airnya yang membentang luas. Dalam panadangan mata ia tampak seperti tanpa ujung. Namun demikian, dalam ketenangannya kadang pula terjadi iklim pasang dan surut, bahkan acap terjadi riak berirama, gelombang menggulung hingga membadai. Tetapi semua hanya berlangsung sesaat  sebagaimana lantunan sebait lagu, “badai pasti berlalu” dan setelah itu lautan akan kembali pada kesejatiannya, tenang dan damai.

Aku berharap dan berdoa pada ulang tahunmu kali ini, badai itu telah berlalu, dan lautan yang ada di hadapanmu mulai menampakkan kebiruannya, kesejukannya, ketenangannya dan kebahagiaannya buatmu. Sementara aku di sini tak tahu akan menulis apa. Apakah aku akan menuliskan apa yang aku pikirkan yang ujung-ujungnya justru aku memikirkan apa yang aku tuliskan karena kata-kata yang meluncur tak lagi bisa ditakar maksudnya. 

Apa yang harus aku lakukan ? Apa yang harus aku pikirkan ? Apa sesungguhnya yang aku rasakan ? Lalu serombongan angin membisikkan, “berhentilah menulis jika kau tak tahu apa yang kau tuliskan.” Tetapi entahlah, karena kadang aku menulis bukan karena ada sesuatu yang aku pikirkan, bukan pula karena ada idea yang nyangkut di benak ini. Ya… menulis karena ingin menulis saja. Kadang memang tak lebih dari itu. Lalu laron-laron di bawah sofa biru berteriak, “So what gitu loh”. Iyalah….biarkan rasa menjadi urusan rasa. Kalau rasa akan dituliskan, maka ia tidak akan menjadi rasa melainkan hanya menjadi tulisan. Kalau rasa dipuisikan, ia tidak akan menghasilakan rasa melainkan hanya melahirkan syair yang rasanya tergantung pada siapa yang merasakan denyut syair itu.

Apapun…..Selamat ulang tahun ya…...Selalu mendoakan yang terbaik dan kebahagiaan untukmu.

Jakarta, 11 Februari 2014

1 komentar:

Posting Komentar