USMAN HARUN ?

Sabtu, 08 Februari 2014


Namaku Usman Harun, tertera jelas dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dikeluarkan oleh Kepala Kelurahan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara yang juga kebetulan bernama Usman Harun. Sehingga jika dalam KTP-ku tertera ada dua nama Usman Harun di bagan atas dan bawah, itu bukan karena kesalahan penulisan oleh petugas kelurahan, melainkan sungguh-sungguh karena nama kami memang sama. Sewaktu akan menandatangani KTP-ku, Bapak Lurah sempat bertanya kebenaran namaku kepada stafnya. Setelah diyakinkan bahwa namaku sesuai dengan nama yang tertera di Kartu Keluarga dan juga bukti akte kelahiran, barulah Bapak Lurah Usman Harun mau menandatangani KTP-ku tanpa pernah mengajukan protes mengapa aku harus bernama Usman Harun.

Akupun tidak kalah teliti dan kritis. Sewaktu menerima KTP, akupun sempat bertanya kepada petugas kelurahan, “apa benar Bapak Lurah kita bernama Usman Harun ?” Aku bertanya demikian karena selama ini aku tidak pernah aktif di kegiatan kelurahan dan tidak tahu menahu bahwa bapak Lurahnya juga bernama Usman Harun. Setelah diyakinkan bahwa nama Bapak Lurah sama dengan namaku barulah aku bisa menerimanya, tentu saja tanpa harus mengajukan protes mengapa Bapak Lurah harus bernama Usman Harun.

Dalam suatu pertemuan silaturahmi dan pembentukan panitia bersama menyambut perayaan HUT Kemerdekaan RI, aku hadir sebagai salah seorang pemuka masyarakat yang diharapkan bersedia terlibat secara aktif dalam berbagai event kegiatan yang digagas oleh kelurahan kami. Seusai rapat aku sempatkan berbincang-bincang dengan Bapak Lurah di ruang kerjanya. Inilah adalah pertemuan empat mata antara Usman Harun dengan Usman Harun untuk membicarakan masalah Usman Harun.

Dalam obrolan santai tersebut, aku jelaskan bahwa namaku adalah nama asli, bukan nama samaran dan tidak bermaksud meniru-niru nama Bapak Lurah. Ayahku seorang pedagang yang bernama Harun Usman. Nama sebenarnya Harun, sedangkan Usman itu adalah nama orang tuanya. Ketika aku lahir orang tua memberikan nama kakek kepadaku sebagai ungkapan terimakasih dan cintanya kepada orang tua ayahku. Sehingga akupun diberikan nama Usman, kemudian ditambahkan nama ayahku di belakang menjadi Usman Harun. Bapak Lurah tertawa terbahak-bahak mendengar ceriteraku, lalu ia kemudian berceritera tentang asal usul namanya sendiri.

“Ini sebenarnya rahasia keluarga, tetapi kepada Bapak Usman tak apalah saya ceriterakan. Anggap saja saya sedang berceritera kepada diri saya sendiri,” kata Lurah Usman Harun tertawa kecil yang kusambut dengan tawa yang sama. “Namaku sebenarnya berasal dari dua nama orang, yaitu nama bapakku Usman Latif dan nama saudara kembarnya Harun Latif, dengan demikian aku diberi nama Usman Harun.”

“Ibunya Pak Lurah tidak protes ?”

“Nama itu justru usulan mamaku. Mama mencintai bapakku dan juga saudara kembarnya. Awalnya Mama mencintai Harun Latif. Mama berpacaran cukup lama dan juga sering curhat dengan saudara kembar pacarnya, yaitu bapakku. Manusia merencanakan, Tuhan jua yang menentukan. Harun Latif meninggal dalam suatu kecelakaan. Mamaku sangat bersedih dan tak lagi punya gairah hidup. Ia hanya mengurung dirinya di kamar. Satu-satunya yang sering datang menghiburnya adalah Usman Latif saudara kembar almarhum Harun Latif. Entah bagaimana jalannya sebuah perasaan hati, mamaku juga mulai mencintai Usman Latif. Usman Latif dari awal memang menaruh hati pada Mamaku, tetapi saat itu mamaku lebih memilih Harun Latif. Namun demikian Usman Latif tidak memperlihatkan kecemburuannya. Ia berbahagia jika saudara kembarnya dapat bersanding dengan wanita yang ia cintai, walaupun ia harus mengorbankan cinta dan perasaannya. Begitulah tali cinta bersemi di antara Mama dan bapakku. Dan ketika aku lahir sebagai anak pertama mereka, aku diberi nama Usman Harun sebagai bentuk penghargaan cinta mama dan bapakku kepada Mantan pacar mama, dan saudara kembar bapak.”

“Sebuah novelette yang menarik Pak Lurah,” ucapku kagum.

Nama Usman Harun memang ditakdirkan menjadi nama yang menarik untuk diperbincangkan. Lihatlah betapa penamaan KRI Usman Harun sebagai penghargaan atas sikap heroik Usman Haji Mohammed Ali dan Harun Said pada masa konfrontasi dengan Malaysia diprotes oleh Singapura karena kedua nama tersebut telah mengebom MacDonald House di Orchard Road, Singapura yang menyebabkan tewasnya tiga orang dan melukai 30 orang warga sipil Singapura pada tanggal 10 Maret 1965. Singapura menganggap Usman dan Harun tidak layak dikenang sebagai pahlawan karena telah menewaskan warga sipil. Padahal apa yang dilakukan oleh Usman dan Harun bukan atas namanya sendiri melainkan atas nama bangsa dan negaranya. Jadi sangat wajar jika pemerintah Indonesia mengabadikan kepahlawanannya sebagai nama kapal perang Indonesia yang baru, KRI Usman Harun.

Jakarta, 8/2/2014

0 komentar:

Posting Komentar