BUKAN APANYA ? TETAPI SIAPA

Kamis, 13 Februari 2014

Bapak Paul J. Amalo
di Kupang, Nusa Tenggara Timur

Salam hangat.
Pertama-tama saya mengucapkan selamat berbahagia karena Bapak telah menyelesaikan tugas dan pengabdiannya sebagai abdi negara selama lebih dari 30 tahun. Waktu yang sesungguhnya sangat lama, tetapi tidak sekalipun bapak tampakkan kejenuhan ketika harus menghadapi tugas-tugas negara, bahkan gairah bapak dalam berdiskusi masih menyala-nyala. Diskusi bagi bapak adalah sebuah kenikmatan dalam suatu relasi sosial. Itu bagian yang selalu aku ingat, diskusi adalah energi dan gairah dimana kita menyadari bahwa kita tidak akan pernah sendiri.

Bapak Paul J. Amalo
Ada satu kabar yang ingin kusampaikan. Mudah-mudahan ini kabar yang menggembirakan tetapi mungkin juga menyedihkan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.  Di kantor kita, maksudnya bekas kantor bapak sekarang telah dibangun Media Centre. Alhamdulillah tempatnya cukup strategis berada di bagian depan setelah ruangan pos jaga. Insya Allah satu bulan ke depan akan segera difungsikan. Fasilitas yang tersedia lumayan cukup untuk operasional media centre, tetapi jujur belum memenuhi harapan dan kebutuhan para jurnalis. Kita berharap waktu akan menggenapinya kemudian.

Bapak Paul J. Amalo !
Bapak tentu masih ingat bahwa ide media centre ini sebenarnya telah kita gagas dan ajukan 10 tahun yang lalu. Konsep yang bapak ajukan lalu kita matangkan bersama-sama itu lengkap dengan sistem dan alur kerjanya. Setiap sore menjelang usai kantor kita rapatkan dan diskusikan bersama-sama, walaupun tidak ada komponen biaya untuk rapat. Kita seringkali ribut dan berdebat hebat untuk menemukan sebuah format media centre yang sesuai dengan kebutuhan kantor kita. Semua kita lakukan karena ingin membangun sebuah media centre untuk meningkatkan tugas dan fungsi kita dalam menjalankan komunikasi publik, khususnya dengan media massa.

Kita bersama-sama menggagas media centre sebagai pasar informasi. Wartawan tidak akan pernah kekeringan informasi tentang bidang politik, hukum, dan keamanan. Apapun yang ingin diketahui publik lewat wartawan akan kita fasilitasi. Media centre akan terus ramai oleh kegiatan konperensi pers bukan hanya dari kedeputian di kantor kita, tetapi juga dapat kita undang dari kementerian lain untuk memberikan konperensi pers tanpa mereka harus kesulitan mendatangkan wartawan peliput. Media centre akan menjadi rumah kedua bagi para wartawan. Semua kebutuhannya akan kita penuhi. Mereka tak perlu lagi harus kembali ke kantor redaksi untuk membuat berita dan menyerahkannya ke redaktur pelaksana. Kita akan menyediakan alat kerja dalam suasana kerja sebagaimana layaknya di ruang redaksi, dan kitapun akan memberikan fasilitas pengiriman naskah berita mereka ke redaktur pelaksana tanpa harus meninggalkan tempat.

Bapak Pual J. Amalo..!
Media centre yang kita usulkan itu, idenya sangat ideal, konsepnya sangat jelas, alur kerja sangat sesuai dengan standar operasional prosedur pengelolaan media centre yang umum dilakukan secara profesional, dan ruangan yang kita butuhkanpun sebenarnya telah ada. Jadi sebenarnya biayanya tidak begitu mahal untuk memulai. Tapi entah mengapa usulan itu tidak pernah terealisasi. Hal yang kita tahu bahwa ruangan yang kita mintakan tersebut masih dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang nalar kita kurang bisa menerimanya, tetapi harus kita maklumkan. Usulan media centre itu bukan sekali kita ajukan, tetapi beberapa kali, dan beberapakali pula kita harus gigit jari.

Sekarang media centre telah tersedia dan saya tidak pernah tahu bagaimana alur usulannya mengalir. Mungkin saja saat ini biayanya memungkinkan, mungkin saja saat ini kebutuhannya baru disadari, mungkin saja pejabat yang mengusulkannya cukup dikenal dan karena itu direspon dengan baik. Entahlah. Kesimpulan bodoh saya, mungkin para penentukan kebijakan lebih tersentuh oleh siapa yang mengajukan usulan, bukan kepada ide usulannya itu sendiri. Ini beralasan karena sampai saat ini saya belum pernah melihat sebuah grand konsep pengelolaan media centre. Saat ini baru ada ruangan media centre, ruangan untuk para wartawan, penempatan alat kerja, adanya unit pelayanan publik yang titik tekannya pada pelayanan informasi publik. Bagaimana format pengelolaan media centre ? Sampai saat ini belum saya ketahui. Mungkin saja hanya saya yang belum mengetahuinya.


Bapak Paul J. Amalo...!
Saya rindu, kangen dengan segala kehangatan bapak. Saya rindu suasana kerja yang terbangun begitu kompak dan penuh rasa kekeluargaan. Saya rindu berdebat hebat, saling menyerang dalam adu argumentasi yang selalu kita sudahi dengan salam dan senyum. Hampir tak ada ganjalan yang tidak kita selesaikan hari itu juga, sehingga kita semua pulang tidak menyimpan perasaan kurang nyaman terhadap sesama teman kerja. Bapak tahu mengapa aku rindu ? Itu karena semua yang aku rindukan itu tak ada lagi.

Bapak Paul J. Amalo...!
Bapak memang sudah lama pensiun, tetapi aku tahu bapak tidak pernah mau ketinggalan menyimak dan menganalisis konstelasi politik kekinian, apalagi pada tahun ini yang dipastikan suhu politik di tanah air akan makin hangat dan memanas. Aku perjanji akan mengabarkan semua dinamika yang terjadi di negeri ini, walau aku tahu bapak juga mengikuti dinamikanya lewat layar kaca dan medium lain.

Tanjung Priok, 14 Februari 2014

Hormat Saudaramu,
Bung Komar

0 komentar:

Posting Komentar