Bapak Paul J. Amalo
di Kupang, Nusa
Tenggara Timur
Salam hangat.
Pertama-tama
saya mengucapkan selamat berbahagia karena Bapak telah menyelesaikan tugas dan
pengabdiannya sebagai abdi negara selama lebih dari 30 tahun. Waktu yang sesungguhnya
sangat lama, tetapi tidak sekalipun bapak tampakkan kejenuhan ketika harus
menghadapi tugas-tugas negara, bahkan gairah bapak dalam berdiskusi masih
menyala-nyala. Diskusi bagi bapak adalah sebuah kenikmatan dalam suatu relasi
sosial. Itu bagian yang selalu aku ingat, diskusi adalah energi dan gairah
dimana kita menyadari bahwa kita tidak akan pernah sendiri.
Bapak
Paul J. Amalo
Ada
satu kabar yang ingin kusampaikan. Mudah-mudahan ini kabar yang menggembirakan
tetapi mungkin juga menyedihkan. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Di kantor kita, maksudnya bekas kantor bapak
sekarang telah dibangun Media Centre. Alhamdulillah tempatnya cukup strategis
berada di bagian depan setelah ruangan pos jaga. Insya Allah satu bulan ke
depan akan segera difungsikan. Fasilitas yang tersedia lumayan cukup untuk
operasional media centre, tetapi jujur belum memenuhi harapan dan kebutuhan
para jurnalis. Kita berharap waktu akan menggenapinya kemudian.
Bapak Paul J. Amalo !
Bapak tentu masih ingat bahwa ide media
centre ini sebenarnya telah kita gagas dan ajukan 10 tahun yang lalu. Konsep
yang bapak ajukan lalu kita matangkan bersama-sama itu lengkap dengan sistem dan
alur kerjanya. Setiap sore menjelang usai kantor kita rapatkan dan diskusikan
bersama-sama, walaupun tidak ada komponen biaya untuk rapat. Kita seringkali
ribut dan berdebat hebat untuk menemukan sebuah format media centre yang sesuai
dengan kebutuhan kantor kita. Semua kita lakukan karena ingin membangun sebuah media
centre untuk meningkatkan tugas dan fungsi kita dalam menjalankan komunikasi
publik, khususnya dengan media massa.
Kita bersama-sama menggagas media centre
sebagai pasar informasi. Wartawan tidak akan pernah kekeringan informasi
tentang bidang politik, hukum, dan keamanan. Apapun yang ingin diketahui publik
lewat wartawan akan kita fasilitasi. Media centre akan terus ramai oleh
kegiatan konperensi pers bukan hanya dari kedeputian di kantor kita, tetapi
juga dapat kita undang dari kementerian lain untuk memberikan konperensi pers
tanpa mereka harus kesulitan mendatangkan wartawan peliput. Media centre akan
menjadi rumah kedua bagi para wartawan. Semua kebutuhannya akan kita penuhi.
Mereka tak perlu lagi harus kembali ke kantor redaksi untuk membuat berita dan
menyerahkannya ke redaktur pelaksana. Kita akan menyediakan alat kerja dalam
suasana kerja sebagaimana layaknya di ruang redaksi, dan kitapun akan
memberikan fasilitas pengiriman naskah berita mereka ke redaktur pelaksana
tanpa harus meninggalkan tempat.
Bapak Pual J. Amalo..!
Media centre yang kita usulkan itu, idenya
sangat ideal, konsepnya sangat jelas, alur kerja sangat sesuai dengan standar
operasional prosedur pengelolaan media centre yang umum dilakukan secara
profesional, dan ruangan yang kita butuhkanpun sebenarnya telah ada. Jadi
sebenarnya biayanya tidak begitu mahal untuk memulai. Tapi entah mengapa usulan
itu tidak pernah terealisasi. Hal yang kita tahu bahwa ruangan yang kita
mintakan tersebut masih dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan lain yang nalar
kita kurang bisa menerimanya, tetapi harus kita maklumkan. Usulan media centre
itu bukan sekali kita ajukan, tetapi beberapa kali, dan beberapakali pula kita
harus gigit jari.
Sekarang media centre telah tersedia dan
saya tidak pernah tahu bagaimana alur usulannya mengalir. Mungkin saja saat ini
biayanya memungkinkan, mungkin saja saat ini kebutuhannya baru disadari,
mungkin saja pejabat yang mengusulkannya cukup dikenal dan karena itu direspon
dengan baik. Entahlah. Kesimpulan bodoh saya, mungkin para penentukan kebijakan
lebih tersentuh oleh siapa yang mengajukan usulan, bukan kepada ide usulannya
itu sendiri. Ini beralasan karena sampai saat ini saya belum pernah melihat
sebuah grand konsep pengelolaan media centre. Saat ini baru ada ruangan media
centre, ruangan untuk para wartawan, penempatan alat kerja, adanya unit
pelayanan publik yang titik tekannya pada pelayanan informasi publik. Bagaimana
format pengelolaan media centre ? Sampai saat ini belum saya ketahui. Mungkin
saja hanya saya yang belum mengetahuinya.
Bapak Paul J. Amalo...!
Saya rindu, kangen dengan segala
kehangatan bapak. Saya rindu suasana kerja yang terbangun begitu kompak dan
penuh rasa kekeluargaan. Saya rindu berdebat hebat, saling menyerang dalam adu
argumentasi yang selalu kita sudahi dengan salam dan senyum. Hampir tak ada
ganjalan yang tidak kita selesaikan hari itu juga, sehingga kita semua pulang
tidak menyimpan perasaan kurang nyaman terhadap sesama teman kerja. Bapak tahu
mengapa aku rindu ? Itu karena semua yang aku rindukan itu tak ada lagi.
Bapak Paul J. Amalo...!
Bapak memang sudah lama pensiun, tetapi
aku tahu bapak tidak pernah mau ketinggalan menyimak dan menganalisis konstelasi
politik kekinian, apalagi pada tahun ini yang dipastikan suhu politik di tanah
air akan makin hangat dan memanas. Aku perjanji akan mengabarkan semua dinamika
yang terjadi di negeri ini, walau aku tahu bapak juga mengikuti dinamikanya lewat
layar kaca dan medium lain.
Tanjung Priok, 14 Februari 2014
Hormat Saudaramu,
Bung Komar