Peluang Pabrik Gula Sebagai Wisata Sejarah

Selasa, 17 Desember 2013


Pendahuluan

Dimana ada gula, disitu ada semut. Pepatah ini sepertinya tidak relevan lagi. Saat ini gula berada dimana-mana, tetapi tidak ada ruang bagi semut untuk berada di sekitar gula. Manusia semakin sadar akan arti pentingnya gula bagi kebutuhan hidupnya, oleh karena itu manusia berusaha untuk melindungi gula yang ia miliki dari kemungkinan gangguan semut-semut. Manusia menyimpan gula dalam toples, kaleng, taperware, kantong-kantong plastik dan menutupnya rapat-rapat. Justru manusialah yang tidak dapat memisahkan dirinya dari kebutuhan akan gula, kecuali ia mengidap suatu penyakit yang mengharuskannya mengurangi konsumsi gula. Gula telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Manusia boleh saja hidup miskin atau kurang beruntung tinggal di rumah-rumah kecil atau gubuk sekalipun, tetapi percayalah dalam gubuk kecilnya selalu ada persediaan gula sekecil apapun walau hanya cukup untuk segelas kopi atau teh manis di pagi hari menjelang berangkat beraktivitas.

Begitu luar biasanya kebutuhan manusia akan gula, menjadi sangat ironis jika kita tidak mengetahui bagaimana gula itu diproduksi dari lahan perkebunan tebu masyarakat, diangkut ke pabrik, lalu diolah sehingga menjadi butiran kristal gula yang siap kita nikmati setiap saat. Perkembangan pabrik gula tidak hadir begitu saja di Indonesia, melainkan ikut mewarnai geliat ekonomi masyarakat Indonesia dari masa kolonial Belanda hingga saat ini. Pabrik gula menjadi bagian dari gerak sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bahwa sejak tahun 1832 telah berdiri pabrik gula Wonolongan yang kemudian diikuti oleh pendirian pabrik gula lainnya di wilayah Jawa Timur. Sejarah per-gula-an di Indonesia begitu panjang dan mencatatkan prestasi yang menduania dimana pada tahun 1930 pernah mencapai tingkat produksi terbesar dunia dimana tidak kurang 179 pabrik gula beroperasi dan memberikan sumbangan bagi perkenomian nasional.


Mengembangkan Wisata Sejarah Pabrik Gula

Melihat begitu panjangnya sejarah perkembangan pabrik gula di Indonesia, khususnya di PTPN X, maka sangat disayangkan jika sejarah per-gula-an yang bersinggungan dengan sejarah perjuangan bangsa ini hanya tertinggal sebagai catatan sejarah yang tidak diketahui oleh bangsanya sendiri. Kita perlu menyimak kembali apa yang dikatakan oleh Presiden RI H.Susilo Bambang Yudhoyono ketika meninjau Candi Muarojambi sebagai peninggalan sejarah warisan dunia, di jambi, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati masa lalunya.” Oleh karena itu, sangatlah tepat rencana PTPN X untuk mengembangkan beberapa pabrik gula tua yang terdapat di Watoetoelis, Toelangan, Krembong (Sidoarjo), Gempolkrep (Mojokerto), Djombang Baru, Tjoekir (jombang), Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru, Ngadiredjo (Kediri) dan Modjopanggoong (Tuluangung) sebagai obyek wisata sejarah pabrik gula Indonesia mengikuti jejak obyek wisata sejarah Pabrik Gula Madukismo, di Yokyakarta.

Dalam rangka mempercepat realisasi program wisata sejarah pabrik gula, pihak PT Perkebunan Nusantara X (Persero) telah melakukan beberapa perbaikan dan pembersihan dan penghijauan di sekitar area pabrik untuk memberikan kenyamanan kepada para wisatawan. Adapun sarana dan prasarana pabrik yang sudah berumur tua agar tetap dipertahankan, apalagi kita ketahui bahwa kesebelas pabrik gula PTPN X ini sebahagian besar kondisi bangunan dan mesin produksinya masih asli buatan pemerintah kolonial Belanda tahun 1800 hingga 1900-an, juga termasuk kereta lori yang dipergunakan mengangkut hasil tebu dari area perkebunan ke pabrik. Kesan kuno pabrik gula tersebut akan semakin memberikan nilai historis dan menjadi nilai tambah untuk dikembangkan sebagai situs sejarah. Kekuatan nilai sejarah inilah yang harus menjadi kekuatan menjual wisata sejarah pabrik gula di PTPN X. Untuk itu mulai sekarang mulai disusun secara sistematis sejarah perkembangan per-gula-an Indonesia dari zaman kolonial Belanda hingga sekarang dengan segala pasang surut ekonomi dan politik pada masanya. Kemudian dibuatkan pula slide tayangan untuk disajikan kepada pengunjungung wisata sejarah bagaimana proses produksi pabrik gula dari tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan hingga pendistribusiannya.

Langkah selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana memasarkan dan mempromosikan wisata sejarah pabrik gula sebagai distinasi wisata. Banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memasarkan wisata sejarah pabrik gula ini, salah satu diantaranya adalah membangun kemitraan dengan pihak sekolah lanjutan sehingga tersedia waktu bagi siswa sekolah untuk melakukan study tour ke Pabrik Gula sebagai bagian dari kurikulum pendidikan berbasis keunggulan lokal. Disamping itu, pihak PTPN X dapat melakukan MoU dengan lembaga perguruan tinggi bidang study pariwisata seperti Stiepari (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata), semarang dan beberapa perguruan tinggi di Bali untuk menjadikan beberapa perkebunan tebu dan pabrik gula di PTPN X sebagai obyek study wisata sejarah bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan tugas akhir perkuliahannya.

Sedangkan untuk promosi wisata sejarah pabrik gula, PTPN X dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi yang tersedia seperti jaringan internet. Kita ketahui bahwa pengguna intetrnet di Indonesia sudah mencapai 63 juta orang atau 24,23 dari total populasi penduduk Indonesia. Berbagai macam sarana jejaring sosial tersedia di internet seperti facebook dan twitter, dan juga melalui pembuatan website dan blog yang khusus memperkenalkan wisaya sejarah pabrik gula. Sangat menarik dicermati bahwa angka pengguna tiga social media yang paling populer saat ini, seperti Facebook (38,86 juta pengguna), Twitter (5,67 juta pengguna), dan Blog (5,27 juta pengguna). Selebihnya tinggal bagaimana PTPN X memilih media sosial yang akan dipergunakan sebagai tempat promosi wisata sejarah, dan atau memanfaatkan ketiga-tiganya sekaligus. Banyak tempat-tempat wisata yang tadinya kurang begitu dikenal oleh masyarakat kemudian berubah menjadi terkenal karena hadirnyanya berita tentang obyek wisata tersebut di jaringan internet.


Membangun Fasilitas Pendukung

Salah satu kelemahan obyek wisata sejarah dibandingkan obyek wisata alam yang tersebar dan berkembang di berbagai daerah adalah pada penyediaan fasilitas pendukung wisata, sehingga memungkinkan suatu obyek wisata juga berfungsi rekreatif bagi pengunjungnya. Obyek wisata sejarah pabrik gula arealnya tentu sangat luas dan karena itu perlu ada fasilitas pendukung yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya dan juga perlu ada tempat istirahat yang cukup berupa wisata kuliner yang menyajikan menu unggulan khas daerah setempat, tentu saja dengan sajian minuman khas air tebu, misalnya. Mengingat bahwa obyek utama wisata sejarah pabrik gula adalah sejarah itu sendiri, maka perlu pula disediakan aula besar dan aula-aula kecil bagi pengunjung sebagai tempat berdiskusi kelompok-kelompok kecil terhadap materi study sejarah yang mereka terima dari pengelola PTPN X. dan tentu saja dengan kelengkapan fasilitas wifi yang cukup memadai.

Setaip pengunjung suatu obyek wisata tentu saja menginginkan adanya kenangan-kenangan yang dapat ia peroleh dari hasil kunjungannya ke obyek wisata sejarah pabrik gula. Oleh karena itu tidak boleh dilupakan pelunya toko souvenir yang menyediakan aneka cinderemata seperti produk unggulan pabrik gula. Cinderemata yang tersedia dapat berupa gantungan kunci, baju kaos, topi pet, handuk kecil, rompi dan produk-produk lain yang bertuliskan nama pabrik gula atau gambar pabrik tua dan lori zaman kolonial yang bernilai historis. PTPN X juga perlu melakukan riset untuk menghasilkan souvenir unggulan yang khas seperti lukisan dari bahan serat ampas tebu dan bentuk-bentuk souvenir lainnya yang tidak terdapat di pasaran.

PTPN X juga perlu membuka ruang bagi kemungkinan adanya press tour wartawan. Tokoh-tokoh politik dan selebrities, terutama pada musim giling sehingga publikasi wisata sejarah pabrik gula makin dikenal oleh masyarakat. PTPN X juga perlu mempersiapkan tenaga penulis wisata yang bertugas mempromosikan wisata sejarah di berbagai media, terutama media promosi pariwisata melalui kerjasama dengan jurnalis lokal dan dinas pariwisata setempat.

Satu hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah tersedianya akses kendaraan dari bandara atau stasiun kereta api dan terminal bus antar kota menuju lokasi obyek wisata, setidak-tidaknya tersedia seorang kurir di bandara dan terminal yang dapat memberikan petunjuk arah menuju lokasi pabrik gula.

Saya sangat yakin dan percaya bahwa obyek wisata sejarah pabrik gula di PTPN X akan mendapatkan tempat yang cukup baik bagi para wisatawan lokal dan mancanegara mengingat obyek wisata sejarah masih langka di Indonesia. Semua tentu akan berpulang pada bagaimana pengelola PTPN X mengoptimalkan potensi wisata sejarah pabrik gula ini sebagai produk wisata unggulan di daerah masing-masing. 

Zulkomar 

0 komentar:

Posting Komentar