Pendahuluan
Dimana ada gula, disitu ada semut. Pepatah
ini sepertinya tidak relevan lagi. Saat ini gula berada dimana-mana, tetapi
tidak ada ruang bagi semut untuk berada di sekitar gula. Manusia semakin sadar
akan arti pentingnya gula bagi kebutuhan hidupnya, oleh karena itu manusia
berusaha untuk melindungi gula yang ia miliki dari kemungkinan gangguan
semut-semut. Manusia menyimpan gula dalam toples, kaleng, taperware,
kantong-kantong plastik dan menutupnya rapat-rapat. Justru manusialah yang
tidak dapat memisahkan dirinya dari kebutuhan akan gula, kecuali ia mengidap
suatu penyakit yang mengharuskannya mengurangi konsumsi gula. Gula telah
menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Manusia boleh saja hidup miskin atau kurang
beruntung tinggal di rumah-rumah kecil atau gubuk sekalipun, tetapi percayalah
dalam gubuk kecilnya selalu ada persediaan gula sekecil apapun walau hanya
cukup untuk segelas kopi atau teh manis di pagi hari menjelang berangkat
beraktivitas.
Begitu luar biasanya kebutuhan manusia akan
gula, menjadi sangat ironis jika kita tidak mengetahui bagaimana gula itu
diproduksi dari lahan perkebunan tebu masyarakat, diangkut ke pabrik, lalu
diolah sehingga menjadi butiran kristal gula yang siap kita nikmati setiap
saat. Perkembangan pabrik gula tidak hadir begitu saja di Indonesia, melainkan
ikut mewarnai geliat ekonomi masyarakat Indonesia dari masa kolonial Belanda
hingga saat ini. Pabrik gula menjadi bagian dari gerak sejarah perjuangan
bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bahwa sejak tahun 1832 telah berdiri pabrik
gula Wonolongan yang kemudian diikuti oleh pendirian pabrik gula lainnya di
wilayah Jawa Timur. Sejarah per-gula-an di Indonesia begitu panjang dan
mencatatkan prestasi yang menduania dimana pada tahun 1930 pernah mencapai
tingkat produksi terbesar dunia dimana tidak kurang 179 pabrik gula beroperasi
dan memberikan sumbangan bagi perkenomian nasional.
Mengembangkan
Wisata Sejarah Pabrik Gula
Melihat begitu panjangnya sejarah
perkembangan pabrik gula di Indonesia, khususnya di PTPN X, maka sangat
disayangkan jika sejarah per-gula-an yang bersinggungan dengan sejarah
perjuangan bangsa ini hanya tertinggal sebagai catatan sejarah yang tidak
diketahui oleh bangsanya sendiri. Kita perlu menyimak kembali apa yang
dikatakan oleh Presiden RI H.Susilo Bambang Yudhoyono ketika meninjau Candi
Muarojambi sebagai peninggalan sejarah warisan dunia, di jambi, “Bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghormati masa lalunya.” Oleh karena itu, sangatlah
tepat rencana PTPN X untuk mengembangkan beberapa pabrik gula tua yang terdapat
di Watoetoelis, Toelangan, Krembong (Sidoarjo), Gempolkrep (Mojokerto),
Djombang Baru, Tjoekir (jombang), Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru,
Ngadiredjo (Kediri) dan Modjopanggoong (Tuluangung) sebagai obyek wisata
sejarah pabrik gula Indonesia mengikuti jejak obyek wisata sejarah Pabrik Gula
Madukismo, di Yokyakarta.
Dalam rangka mempercepat realisasi program
wisata sejarah pabrik gula, pihak PT Perkebunan Nusantara X (Persero) telah
melakukan beberapa perbaikan dan pembersihan dan penghijauan di sekitar area
pabrik untuk memberikan kenyamanan kepada para wisatawan. Adapun sarana dan
prasarana pabrik yang sudah berumur tua agar tetap dipertahankan, apalagi kita
ketahui bahwa kesebelas pabrik gula PTPN X ini sebahagian besar kondisi
bangunan dan mesin produksinya masih asli buatan pemerintah kolonial Belanda
tahun 1800 hingga 1900-an, juga termasuk kereta lori yang dipergunakan
mengangkut hasil tebu dari area perkebunan ke pabrik. Kesan kuno pabrik gula
tersebut akan semakin memberikan nilai historis dan menjadi nilai tambah untuk
dikembangkan sebagai situs sejarah. Kekuatan nilai sejarah inilah yang harus
menjadi kekuatan menjual wisata sejarah pabrik gula di PTPN X. Untuk itu mulai
sekarang mulai disusun secara sistematis sejarah perkembangan per-gula-an
Indonesia dari zaman kolonial Belanda hingga sekarang dengan segala pasang
surut ekonomi dan politik pada masanya. Kemudian dibuatkan pula slide tayangan untuk
disajikan kepada pengunjungung wisata sejarah bagaimana proses produksi pabrik
gula dari tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira
dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan
hingga pendistribusiannya.
Langkah selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana memasarkan dan mempromosikan wisata sejarah pabrik
gula sebagai distinasi wisata. Banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
memasarkan wisata sejarah pabrik gula ini, salah satu diantaranya adalah
membangun kemitraan dengan pihak sekolah lanjutan sehingga tersedia waktu bagi
siswa sekolah untuk melakukan study tour ke Pabrik Gula sebagai bagian dari
kurikulum pendidikan berbasis keunggulan lokal. Disamping itu, pihak PTPN X
dapat melakukan MoU dengan lembaga perguruan tinggi bidang study pariwisata seperti
Stiepari (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata), semarang dan beberapa
perguruan tinggi di Bali untuk menjadikan beberapa perkebunan tebu dan pabrik
gula di PTPN X sebagai obyek study wisata sejarah bagi mahasiswa yang akan
menyelesaikan tugas akhir perkuliahannya.
Sedangkan untuk promosi wisata sejarah pabrik
gula, PTPN X dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi yang tersedia
seperti jaringan internet. Kita ketahui bahwa pengguna intetrnet di Indonesia
sudah mencapai 63 juta orang atau 24,23 dari total populasi penduduk Indonesia.
Berbagai macam sarana jejaring sosial tersedia di internet seperti facebook dan
twitter, dan juga melalui pembuatan website dan blog yang khusus memperkenalkan
wisaya sejarah pabrik gula. Sangat menarik dicermati bahwa angka pengguna tiga
social media yang paling populer saat ini, seperti Facebook (38,86 juta
pengguna), Twitter (5,67 juta pengguna), dan Blog (5,27 juta pengguna).
Selebihnya tinggal bagaimana PTPN X memilih media sosial yang akan dipergunakan
sebagai tempat promosi wisata sejarah, dan atau memanfaatkan ketiga-tiganya
sekaligus. Banyak tempat-tempat wisata yang tadinya kurang begitu dikenal oleh
masyarakat kemudian berubah menjadi terkenal karena hadirnyanya berita tentang
obyek wisata tersebut di jaringan internet.
Membangun
Fasilitas Pendukung
Salah satu kelemahan obyek wisata sejarah
dibandingkan obyek wisata alam yang tersebar dan berkembang di berbagai daerah
adalah pada penyediaan fasilitas pendukung wisata, sehingga memungkinkan suatu
obyek wisata juga berfungsi rekreatif bagi pengunjungnya. Obyek wisata sejarah
pabrik gula arealnya tentu sangat luas dan karena itu perlu ada fasilitas
pendukung yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya dan juga perlu
ada tempat istirahat yang cukup berupa wisata kuliner yang menyajikan menu
unggulan khas daerah setempat, tentu saja dengan sajian minuman khas air tebu,
misalnya. Mengingat bahwa obyek utama wisata sejarah pabrik gula adalah sejarah
itu sendiri, maka perlu pula disediakan aula besar dan aula-aula kecil bagi
pengunjung sebagai tempat berdiskusi kelompok-kelompok kecil terhadap materi
study sejarah yang mereka terima dari pengelola PTPN X. dan tentu saja dengan
kelengkapan fasilitas wifi yang cukup memadai.
Setaip pengunjung suatu obyek wisata tentu
saja menginginkan adanya kenangan-kenangan yang dapat ia peroleh dari hasil
kunjungannya ke obyek wisata sejarah pabrik gula. Oleh karena itu tidak boleh
dilupakan pelunya toko souvenir yang menyediakan aneka cinderemata seperti
produk unggulan pabrik gula. Cinderemata yang tersedia dapat berupa gantungan
kunci, baju kaos, topi pet, handuk kecil, rompi dan produk-produk lain yang
bertuliskan nama pabrik gula atau gambar pabrik tua dan lori zaman kolonial
yang bernilai historis. PTPN X juga perlu melakukan riset untuk menghasilkan
souvenir unggulan yang khas seperti lukisan dari bahan serat ampas tebu dan
bentuk-bentuk souvenir lainnya yang tidak terdapat di pasaran.
PTPN X juga perlu membuka ruang bagi
kemungkinan adanya press tour wartawan. Tokoh-tokoh politik dan selebrities,
terutama pada musim giling sehingga publikasi wisata sejarah pabrik gula makin
dikenal oleh masyarakat. PTPN X juga perlu mempersiapkan tenaga penulis wisata
yang bertugas mempromosikan wisata sejarah di berbagai media, terutama media
promosi pariwisata melalui kerjasama dengan jurnalis lokal dan dinas pariwisata
setempat.
Satu hal yang juga tidak kalah pentingnya
adalah tersedianya akses kendaraan dari bandara atau stasiun kereta api dan
terminal bus antar kota menuju lokasi obyek wisata, setidak-tidaknya tersedia
seorang kurir di bandara dan terminal yang dapat memberikan petunjuk arah
menuju lokasi pabrik gula.
Saya sangat yakin dan percaya bahwa obyek
wisata sejarah pabrik gula di PTPN X akan mendapatkan tempat yang cukup baik
bagi para wisatawan lokal dan mancanegara mengingat obyek wisata sejarah masih
langka di Indonesia. Semua tentu akan berpulang pada bagaimana pengelola PTPN X
mengoptimalkan potensi wisata sejarah pabrik gula ini sebagai produk wisata
unggulan di daerah masing-masing.
Zulkomar
0 komentar:
Posting Komentar