Setiap kali
terjadi kecelakaan yang melibatkan moda transportasi darat, laut, maupun udara,
maka masyarakat segera menunggu kabar berita dari dua sumber, yaitu media massa
dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Media massa menjadi pihak
yang begitu cepat menyajikan beritanya, terutama media on line dan media
televisi yang segera menyampaikan running teks mengabarkan peristiwa yang
terjadi pada kesempatan pertama. Untuk memenuhi keingintahuan masyarakat media
massa berusaha mewawancarai berbagai sumber yang dapat memberikan keterangan
tentang kronologis kejadian hingga terjadinya kecelakaan. Media massa tentulah
bukan institusi yang dituntut untuk menjawab apa penyebab suatu kecelakaan,
meskipun kadang-kadang media massa sampai pada kesimpulan-kesimpulan sementara
yang masih bersifat spekulatif.
Sesuai dengan
Undang-undang Perkeretaapian, Undang-undang tentang Pelayaran, dan
undang-undang tentang Penerbangan, maka yang diberi kewenangan untuk melakukan
investigasi terhadap kecelakaan moda transportasi adalah Komite Nasional
Keselamatan Transportasi dengan maksud dan tujuan agar kecelakaan serupa dengan
sebab yang sama tidak terulang lagi. Maka ketika lewat pemberitaan media massa
masyarakat ramai pembicarakan suatu tragedi kecelakaan moda transportasi,
sesungguhnya pada saat itu KNKT baru saja memulai pekerjaannya. KNKT secepat
dan sesegera mungkin mengirimkan tenaga-tenaga investigatornya ke lokasi
kecelakaan mengumpulkan data dan fakta untuk dianalisis lalu memetakan
saksi-saksi kunci dan saksi-saksi lainnya untuk dimintai keterangan. Saksi
kunci itu bisa dari pengendara moda transportasdi yang terlibat langsung dalam
peristiwa kecelakaan, penumpang yang mengetahui situasi sebelum terjadi
kecelakaan, atau saksi yang melihat dari dekat peristiwa kecelakaan tersebut.
Saksi kunci
tersebut tentu saja memiliki keterangan yang dapat mengungkap sebab-sebab
terjadinya sebuah kecelakaan. Begitu pentingnya saksi kunci hingga ada beberapa
pihak yang mungkin terlibat dalam suatu kecelakaan berusaha menyembunyikan
saksi kunci, bahkan hingga menghilangkannya. Oleh karena itu saksi kunci perlu
dilindungi keberadaannya, dirawat dengan baik jika ia terluka, dihindarkan dari
kemungkinan adanya interogasi dari pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan.
Bahkan kepolisianpun sebaiknya tidak menginterogasi saksi kecuali ditemukan
bukti yang kuat adanya unsur pidana dalam peristiwa kecelakaan tersebut. Ini
tentu saja untuk menjaga suasana hati saksi kunci agar tidak tertekan dalam
memberikan keterangan kepada investigator KNKT nantinya.
Untuk itu seorang
investigator KNKT sebelum melakukan wawancara harus terlebih dahulu meyakinkan
saksi kunci bahwa tujuan investigasi KNKT adalah untuk mencari sebab terjadi
kecelakaan agar kecelakaan serupa dengan penyebab yang sama tidak terjadi lagi.
Investigasi KNKT bukan untuk mencari kesalahan, bukan untuk mengadili dan bukan
juga untuk meminta pertanggungjawaban. Keseluruhan investigasi KNKT ditujukan
untuk meningkatkan mutu pelayanan moda transportasi dan memberi rasa nyaman dan
aman bagi penggunanya.
Ketika saksi kunci
telah memahami maksud dan tujuan kedatangan investigator, kita tentu berharap
saksi akan menerima investigator sebagai mitra kerja dalam usaha besar bangsa
ini untuk meningkatkan mutu moda transportasi bagi kepentingan seluruh
masyarakat. Bagaimanapun, tidak ada kewajiban bagi saksi untuk memberi
keterangan karena kerja investigasi KNKT bukanlah kerja penyidikan. Kalau saksi
menolak kehadiran investigator dan menyatakan tidak bersedia diwawancarai, maka
investigator tidak memiliki kewenangan untuk memaksa dan akhirnya investigator
akan kehilangan informasi yang mungkin sangat berharga untuk mengungkap
sebab-sebab sebuah kecelakaan transportasi. Oleh karena itu seorang
investigator hendaknya tidak menciptakan jarak dengan saksi-saksi yang akan
dimintai keterangannya.
Saat wawancara
dengan saksi dimulai, maka awalilah dengan pertanyaan dan obrolan yang
ringan-ringan terlebih dahulu, seperti menanyakan kondisi kesehatan saksi
(saksi terluka berat/ringan), pelayanan kesehatan rumah sakit, keadan keluarga
dan hal-hal lain yang bersifat pribadi. Sebelum memulai wawancara pastikan
bahwa investigator telah melengkapi dirinya dengan kamera, alat rekam, dan alat
tulis serta kisi-kisi pertanyaan sebagai frame agar investigator memahami apa
yang harus ia dapatkan, apa yang mesti ia gali dan apa yang perlu terungkap
dari pembicaraan dengan saksi kunci.
Ketika saksi mulai
merasa nyaman berceritera, mulailah masuk ke pertanyaan inti. Ingatlah bahwa
pertanyaan awal tidak harus bersifat investigatif. Arah pertanyaan bisa dengan
meminta ia berceritera tentang apa yang saksi ketahui, apa yang saksi alami,
dan apa yang saksi kerjakan sebelum detik terjadinya kecelakaan. Saksi mungkin
akan berceritera panjang lebar hinga melebar kemana-mana. Biarkanlah ia
melakukan hal itu dan jangan memotongnya untuk pindah ke persoalan lain.
Biarkan ia menyelesaikan ceriteranya dengan caranya sendiri. Kalaupun
investigator menyela, sebaiknya hanya untuk meminta kejelasan dari ceriteranya,
bukan memotong dengan pertanyaan-pertanyaan baru. Cara seperti ini mungkin
terkesan agak lama, tetapi bersabarlah mendengarkannya agar ada kesan bahwa
investigator cukup antusius mendengar bagian-bagian
pengalaman traumatiknya (mungkin) dan itu akan membantu meringankan beban saksi
setelah peristiwa kecelakaan yang ia alami.
Setelah proses
wawancara dengan saksi selesai, jangan tunjukkan bahwa pekerjaan investigator
telah selesai. Ini untuk menghindari kesan bahwa kedatangan investigator
menemui saksi hanya untuk tujuan investigasi dan setelah maksud investigator
tercapai ia akan pulang dan meninggalkan saksi dengan beribu pertanyaan tentang
anda. Berilah kesan bahwa kedatangan anda sebagai investigator sebagai
seserorang yang peduli dengan keadaannya dan mau mendengar
ceritera-ceriteranya. Sehingga ketika investigator selesai dengan
investigasinya, investigator pamit untuk memberi kesempatan kepada saksi kunci
untuk beristirahat dan jangan lupa untuk mengucapkan terimakasih untuk waktunya
dan harapan anda akan kesehatan saksi kunci.
Ada baiknya seorang
investigator sebelum pamit pulang dapat meninggalkan nomor kontak untuk saksi dan
mendapatkan nomor kontak dari saksi kunci. Bagaimanapun juga investigator masih akan
memerlukan keterangan tambahan dari saksi. Biasanya informasi yang telah
didapatkan akan dianalisis dan dihubungkan dengan data dan fakta lain. Dari
sini nanti akan kita ketahui bahwa kita masih memerlukan keterangan tambahan
dan atau perlu meminta konfirmasi atas keterangan saksi terdahulu yang perlu
dikonfirmasi kembali. Sementara menunggu kemungkinan untuk investigator datang
kembali menemui saksi, ada baiknya investigator selalu menyempatkan waktu
menelpon saksi untuk menanyakan keadaan kesehatannya dan atau kondisinya saat itu.
Ini akan memberi kesan kehendak investigator membangun hubungan personal dengan
saksi, bukan hanya sebatas kebutuhan investigator akan keterangan saksi.
Pengalaman saya
dalam wawancara dengan saksi membuktikan bahwa hubungan personal antara
investigator dengan saksi akan banyak membantu mengungkapkan hal-hal yang kita
perlukan untuk menggali lebih dalam sebab-sebab suatu kecelakaan. Bukti lain
menunjukkan bahwa kedatangan investigator untuk yang kedua kalinya adalah
kedatangan yang ditunggu-tunggu oleh saksi. Saksi tidak lagi melihat
investigator sebagai investigator, melainkan telah dianggap sebagai teman
berbicara yang mengasyikkan. Bahkan Beberapa saksi yang pernah saya wawancarai masih
berhubungan baik dan sering melakukan kontak-kontak telepon, bahkan setelah
hasil investigasi KNKT berikut rekomendasikan kepada pemangku kepentingan telah
berlalu beberapa bulan.
Drs. Zulkomar
Investigator KNKT
Jakarta, 25 September 2014